a.
Pengertian Teori Pembelajaran Sosial
Teori belajar sosial terkenal dengan
sebutan teori observational learning, ‘belajar observasional / dengan
pengamatan’ itu (Presly & McCormick
1995 cit Syah 2005) adalah teori belajar yang relatif masih baru
dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Tokoh utama teori ini adalah
Albert Bandura. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata-mata efleks
otomatis dan stimulus (S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul
sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif manusia itu
sendiri.(Syah,2005).
Menurut Psikolog Albert Bandura dan
rekan-rekannya, suatu bagian utama dari pembelajaran manusia terdiri atar
belajar observasional, yang mana merupakan pembelajaran dengan cara melihat
perilaku orang lain, atau model. Karena pendasarannya pada observasi terhadap
orang lain-fenomena sosial-sudut pandang yang diambil oleh Bandura ini sering
disebut dengan pendekatan kognisi sosial tentang belajar.(Bandura, 1999,2004 cit
Feldman,2012).
Santrock (2009), mengemukakan bahwa
pembelajaran observasional adalah pembelajaran yang meliputi perolehan
keterampilan, strategi dan keyakinan dengan cara mengamati orang lain. Wortman et
al (2004) menyatakan bahwa melalui pembelajaran observasional kita peroleh
representasi kognitif dari pola perilaku lainnya, yang kemudian dapat berfungsi
sebagai model untuk perilaku kita sendiri. Teori kognitif sosial menyatakan
bahwa banyak dari kebiasaan cara kita menanggapi gaya kepribadian kita telah
dipengaruhi oleh belajar observasional.
Prinsip dasar belajar hasil temuan
Bandura termasuk belajar sosial dan moral. Menurut Barlow (1985), sebagian
besar dari yang dipelajari manusia terjadi melalaui peniruan (imitation)
dan penyajian contoh perilaku (modelling). Dalam hal ini seorang siswa
belajar mengubah perilakunya sendiri melalui penyaksian cara orang atau
sekelompok orang mereaksi atau merespons sebuah stimulus tertentu. Siswa juga
dapat mempelajari respons-respons baru dengan cara pengamatan terhadap perilaku
contoh dari orang lain. (Syah,2005)
Pembelajaran observasional memiliki
relevansi kelas tertentu, karena anak-anak tidak melakukan apa yang orang
dewasa suruh untuk mereka lakukan, melainkan apa yang mereka lihat orang dewasa
lakukan. Jika asumsi Bandura benar, guru dapat kekuatan ampuh dalam membentuk
perilaku siswa mereka dengan perilaku mengajar yang mereka demonstrasikan di
kelas. Pentingnya model terlihat dalam penafsiran Bandura tentang apa yang
terjadi sebagai akibat dari mengamati orang lain:
1)
Pengamat
dapat memperoleh tanggapan baru
2)
Pengamatan
model dapat memperkuat atau memperlemah tanggapan yang ada
3)
Pengamatan
model dapat menyebabkan munculnya kembali respon yang tampaknya dilupakan.
(Elliot et al, 2000)
Pendekatan teori belajar sosial
terhadap proses perkembangan sosial dan moral siswa ditekankan pada perlunya conditioning
(pembiasaan merespons) dan imitation (peniruan).
1)
Conditioning. Menurut prinsip-prinsip kondisioning, proses belajar dalam
mengembangkan perilaku dan moral pada dasarnya sama dengan prosedur belajar
dalam mengembangkan perilaku-perilaku lainnya, yakni dengan reward dan punishment.
2)
Imitation. Prosedur lain yang juga penting dan menjadi bagian yang integral
dengan prosedur-prosedur belajar menurut teori belajar sosial ialah proses
imitasi atau peniruan. Dalam hal ini, orang tua dan guru seyogyanya memainkan
peran penting sebagai model atau tokoh yang dijadikan contoh perilaku sosial
dan moral bagi siswa. (Syah.2005)
b.
Elemen-elemen Observational Learning
Bandura (1986) mengatakan bahwa observational
learning mencakup empat elemen yaitu memperhatikan, menyimpan informasi
atau kesan, menghasilkan perilaku dan termotivasi untuk mengulangi perilaku
itu.
1)
Atensi.
Untuk belajar melalui observasi, kita harus memperhatikan. Dalam pengajaran,
Anda harus memastikan bahwa siswa memperhatikan fitur-fitur kritis pelajaran
dengan membuat presentasi yang jelas dan menggarisbawahi poin-poin penting.
2)
Retensi.
Untuk meniru perilaku seorang model. Anda harus mengingatnya. Hal ini
melibatkan representasi tindakan mdoel itu secara mental dengan cara-cara
tertentu, mungkin sebagai langkah-langkah verbal.
3)
Produksi.
Begitu kita “tahu” bagaimana perilaku seharusnya terlihat dan ingat
elemen-elemen atau langkah-langkahnya, kita mungkin tetap belum dapat
melakukannya dengan lancar.
4)
Motivasi
dan Reinforcement. Teori pembelajaran sosial membedakan antara perolehan
dan perbuatan. Kita mungkin memperoleh sebuah keterampilan atau perilaku baru
melalui observasi, tetapi kita mungkin tidak melakukan perbuatan itu sampai ada
motivasi atau insentif untuk melakukannya. Reinforcement dapat memainkan
beberapa peran dalam observational learning. (Woolfolk,2008)
c.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Observational Learning
Schunk (2004) mengemukakan ada enam faktor yang mempengaruhi
observational learning, yaitu:
1)
Status
Perkembangan
Peningkatan dan perkembangan, termasuk pemusatan perhatian yang
lebih lama dan kapasitas untuk memproses informai yang semakin meningkat,
menggunakan berbagai strategi, membandingkan kinerja dengan representasi
ingatan, dan mengadopsi motivator-motivator intrinsik.
2)
Prestise
dan Kompetensi Model
Pengamat memberi perhatian yang lebih besar pada model-model yang
kompeten dan berstatus tinggi. Konsekuensi perilaku yang dijadikan model
memberikan informasi tentang nilai fungsional. Pengamat berusaha mempelajari
tindakan yang mereka yakini sebagai tindakan yang perlu mereka lakukan.
3)
Vicarious Consequences
Konsekuensi yang dialami
model memberikan informasi tentang kesesuaian antara perilaku dan kemungkinan
hasil tindakannya.
4)
Ekspektasi
Hasil
Pengamat lebih berkemungkinan
untuk melakukan tindakan yang dimodelkan yang mereka yakini tepat dan akan menghasilkan
sesuatu yang rewarding.
5)
Menetapkan
tujuan
Pengamatan akan cenderung
memperhatikan model-model yang memperlihatkan perilaku-perilaku yang membantu
pengamat dalam mencapai tujuannya.
6)
Efikasi
Diri
Pengamat memperhatikan model
bila percaya bahwa dirinya mampu mempelajari tau melakukan perilaku yang
dimodelkan. Observasi terhadap model yang mirip mempengaruhi efikasi diri.
d.
Aplikasi Teori Pembelajaran Sosial
Menurut Mahmud (2009), aplikasi
teori belajar sosial menyangkut tiga hal yaitu karakteristik siswa, proses
kognitif dan pengajaran, dan konteks sosial bagi belajar.
1)
Karakteristik
Siswa
Perbedaan
individual, kesiapan dan motivasi untuk belajar adalah
karakteristik-karakteristik siswa yang berinteraksi dalam pengajaran.
a)
Perbedaan
individual
Para siswa
berbeda-beda dalam kemampuan mereka mengabstraksi, mengkodekan informasi,
mengingat dan melakukan perbuatan yang dilihatnya. Disamping itu mereka juga
berbeda dalam kemampuan menerima model, tingkah laku yang diamati oleh
seseorang dengan sepenuh hati dan asyik oleh orang lain mungkin dianggapnya
sebagai sesuatu yang membosankan.
b)
Kesiapan
Taraf
perkembangan siswa dan kemampuan menerima model tertentu merupakan dua faktor
utama yang menentukan kemampuannya untuk melakukan kegiatan belajar dengan
jalan mengamati. Persepsi siswa dan derajat reinforcement yang
diperkirakan akan dieproleh mempengaruhi apakah siswa tersebut akan menaruh
perhatian terhadap model tersebut ataukan tidak.
c)
Motivasi
Meskipun
beberapa aktivitas dilakukan untuk memperoleh reinforcement langsung
(misalnya aktivitas yang didorong oleh perasaan dahaga, lapar, dan sakit),
namun sumber utama motivasi itu pada dasarnya ialah kognisi.
(1)
Disadarinya
konsekuensi-konsekuensi yang bakal terjadi bagi tingkah laku-tingkah laku
tertentu. Menurut bandura, pengalaman-pengalaman masa lalu melahirkan
harapan-harapan bahwa tingkah laku-tingkah laku tertentu:
(a)
Akan
membuahkan keuntungan-keuntungan yang bernilai
(b)
Akan
tidak mempunyai efek-efek yang berharga, dan
(c)
Akan
mencegah kemungkinan terjadinya kesulitan
(2)
Self
motivation karena di
dalamnya terdapat penentuan standar dan cara menilai diri sendiri. Motivasi ini
berkembang sebagai bagian dari sistem pengaturan diri.
2)
Proses
kognisi dan pengajaran
Pemindahan hasil belajar (transfer of learning), mengembangkan
keterampilan-keterampilan belajar-cara belajar dan mengajarkan pemecahan
masalah adalah isu-isu penting bagi pendidikan.
3)
Konteks
sosial bagi belajar
Teori belajar
sosial mengemukakan gagasan mengenai belajar dalam situasi yang dialami dimana
seseorang belajar dari orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Mengamati
berbagai macam model (seperti model-model dalam keluarga, televisi, film) dan reinforcement
yang diberikan oleh teman sebaya dan oleh pihak lain, kesemuanya berpengaruh
penting terhadap belajar. Menurut teori belajar sosial, belajar di dalam
masyarakat yang berorientasi pada media memperluas cakrawala dan jangkauan
belajar di dalam kelas, secara lembut dan tidak memaksa.
izin share kakak. Barakallaha fiik
BalasHapus