Wikipedia

Hasil penelusuran

Minggu, 01 Februari 2015

TEORI PEMBELAJARAN SOSIAL / OBSERVATIONAL LEARNING BANDURA



a.   Pengertian Teori Pembelajaran Sosial
Teori belajar sosial terkenal dengan sebutan teori observational learning, ‘belajar observasional / dengan pengamatan’  itu (Presly & McCormick 1995 cit Syah 2005) adalah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Tokoh utama teori ini adalah Albert Bandura. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata-mata efleks otomatis dan stimulus (S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif manusia itu sendiri.(Syah,2005).
Menurut Psikolog Albert Bandura dan rekan-rekannya, suatu bagian utama dari pembelajaran manusia terdiri atar belajar observasional, yang mana merupakan pembelajaran dengan cara melihat perilaku orang lain, atau model. Karena pendasarannya pada observasi terhadap orang lain-fenomena sosial-sudut pandang yang diambil oleh Bandura ini sering disebut dengan pendekatan kognisi sosial tentang belajar.(Bandura, 1999,2004 cit Feldman,2012).
Santrock (2009), mengemukakan bahwa pembelajaran observasional adalah pembelajaran yang meliputi perolehan keterampilan, strategi dan keyakinan dengan cara mengamati orang lain. Wortman et al (2004) menyatakan bahwa melalui pembelajaran observasional kita peroleh representasi kognitif dari pola perilaku lainnya, yang kemudian dapat berfungsi sebagai model untuk perilaku kita sendiri. Teori kognitif sosial menyatakan bahwa banyak dari kebiasaan cara kita menanggapi gaya kepribadian kita telah dipengaruhi oleh belajar observasional.
Prinsip dasar belajar hasil temuan Bandura termasuk belajar sosial dan moral. Menurut Barlow (1985), sebagian besar dari yang dipelajari manusia terjadi melalaui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modelling). Dalam hal ini seorang siswa belajar mengubah perilakunya sendiri melalui penyaksian cara orang atau sekelompok orang mereaksi atau merespons sebuah stimulus tertentu. Siswa juga dapat mempelajari respons-respons baru dengan cara pengamatan terhadap perilaku contoh dari orang lain. (Syah,2005)
Pembelajaran observasional memiliki relevansi kelas tertentu, karena anak-anak tidak melakukan apa yang orang dewasa suruh untuk mereka lakukan, melainkan apa yang mereka lihat orang dewasa lakukan. Jika asumsi Bandura benar, guru dapat kekuatan ampuh dalam membentuk perilaku siswa mereka dengan perilaku mengajar yang mereka demonstrasikan di kelas. Pentingnya model terlihat dalam penafsiran Bandura tentang apa yang terjadi sebagai akibat dari mengamati orang lain:
1)      Pengamat dapat memperoleh tanggapan baru
2)      Pengamatan model dapat memperkuat atau memperlemah tanggapan yang ada
3)      Pengamatan model dapat menyebabkan munculnya kembali respon yang tampaknya dilupakan. (Elliot et al, 2000) 
Pendekatan teori belajar sosial terhadap proses perkembangan sosial dan moral siswa ditekankan pada perlunya conditioning (pembiasaan merespons) dan imitation (peniruan).
1)      Conditioning. Menurut prinsip-prinsip kondisioning, proses belajar dalam mengembangkan perilaku dan moral pada dasarnya sama dengan prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku-perilaku lainnya, yakni dengan reward dan punishment.
2)      Imitation. Prosedur lain yang juga penting dan menjadi bagian yang integral dengan prosedur-prosedur belajar menurut teori belajar sosial ialah proses imitasi atau peniruan. Dalam hal ini, orang tua dan guru seyogyanya memainkan peran penting sebagai model atau tokoh yang dijadikan contoh perilaku sosial dan moral bagi siswa. (Syah.2005)
b.   Elemen-elemen Observational Learning
Bandura (1986) mengatakan bahwa observational learning mencakup empat elemen yaitu memperhatikan, menyimpan informasi atau kesan, menghasilkan perilaku dan termotivasi untuk mengulangi perilaku itu.
1)     Atensi. Untuk belajar melalui observasi, kita harus memperhatikan. Dalam pengajaran, Anda harus memastikan bahwa siswa memperhatikan fitur-fitur kritis pelajaran dengan membuat presentasi yang jelas dan menggarisbawahi poin-poin penting.
2)     Retensi. Untuk meniru perilaku seorang model. Anda harus mengingatnya. Hal ini melibatkan representasi tindakan mdoel itu secara mental dengan cara-cara tertentu, mungkin sebagai langkah-langkah verbal.
3)     Produksi. Begitu kita “tahu” bagaimana perilaku seharusnya terlihat dan ingat elemen-elemen atau langkah-langkahnya, kita mungkin tetap belum dapat melakukannya dengan lancar.
4)     Motivasi dan Reinforcement. Teori pembelajaran sosial membedakan antara perolehan dan perbuatan. Kita mungkin memperoleh sebuah keterampilan atau perilaku baru melalui observasi, tetapi kita mungkin tidak melakukan perbuatan itu sampai ada motivasi atau insentif untuk melakukannya. Reinforcement dapat memainkan beberapa peran dalam observational learning. (Woolfolk,2008)
c.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Observational Learning
Schunk (2004) mengemukakan ada enam faktor yang mempengaruhi observational learning, yaitu:
1)      Status Perkembangan
Peningkatan dan perkembangan, termasuk pemusatan perhatian yang lebih lama dan kapasitas untuk memproses informai yang semakin meningkat, menggunakan berbagai strategi, membandingkan kinerja dengan representasi ingatan, dan mengadopsi motivator-motivator intrinsik.
2)      Prestise dan Kompetensi Model
Pengamat memberi perhatian yang lebih besar pada model-model yang kompeten dan berstatus tinggi. Konsekuensi perilaku yang dijadikan model memberikan informasi tentang nilai fungsional. Pengamat berusaha mempelajari tindakan yang mereka yakini sebagai tindakan yang perlu mereka lakukan.
3)      Vicarious Consequences
Konsekuensi yang dialami model memberikan informasi tentang kesesuaian antara perilaku dan kemungkinan hasil tindakannya.
4)      Ekspektasi Hasil
Pengamat lebih berkemungkinan untuk melakukan tindakan yang dimodelkan yang mereka yakini tepat dan akan menghasilkan sesuatu yang rewarding.  
5)      Menetapkan tujuan
Pengamatan akan cenderung memperhatikan model-model yang memperlihatkan perilaku-perilaku yang membantu pengamat dalam mencapai tujuannya.
6)      Efikasi Diri
Pengamat memperhatikan model bila percaya bahwa dirinya mampu mempelajari tau melakukan perilaku yang dimodelkan. Observasi terhadap model yang mirip mempengaruhi efikasi diri.
d.   Aplikasi Teori Pembelajaran Sosial
Menurut Mahmud (2009), aplikasi teori belajar sosial menyangkut tiga hal yaitu karakteristik siswa, proses kognitif dan pengajaran, dan konteks sosial bagi belajar.
1)     Karakteristik Siswa
Perbedaan individual, kesiapan dan motivasi untuk belajar adalah karakteristik-karakteristik siswa yang berinteraksi dalam pengajaran.
a)       Perbedaan individual
Para siswa berbeda-beda dalam kemampuan mereka mengabstraksi, mengkodekan informasi, mengingat dan melakukan perbuatan yang dilihatnya. Disamping itu mereka juga berbeda dalam kemampuan menerima model, tingkah laku yang diamati oleh seseorang dengan sepenuh hati dan asyik oleh orang lain mungkin dianggapnya sebagai sesuatu yang membosankan.
b)   Kesiapan
Taraf perkembangan siswa dan kemampuan menerima model tertentu merupakan dua faktor utama yang menentukan kemampuannya untuk melakukan kegiatan belajar dengan jalan mengamati. Persepsi siswa dan derajat reinforcement yang diperkirakan akan dieproleh mempengaruhi apakah siswa tersebut akan menaruh perhatian terhadap model tersebut ataukan tidak.
c)   Motivasi
Meskipun beberapa aktivitas dilakukan untuk memperoleh reinforcement langsung (misalnya aktivitas yang didorong oleh perasaan dahaga, lapar, dan sakit), namun sumber utama motivasi itu pada dasarnya ialah kognisi.
(1)    Disadarinya konsekuensi-konsekuensi yang bakal terjadi bagi tingkah laku-tingkah laku tertentu. Menurut bandura, pengalaman-pengalaman masa lalu melahirkan harapan-harapan bahwa tingkah laku-tingkah laku tertentu:
(a)   Akan membuahkan keuntungan-keuntungan yang bernilai
(b)  Akan tidak mempunyai efek-efek yang berharga, dan
(c)   Akan mencegah kemungkinan terjadinya kesulitan
(2)    Self motivation karena di dalamnya terdapat penentuan standar dan cara menilai diri sendiri. Motivasi ini berkembang sebagai bagian dari sistem pengaturan diri.
2)     Proses kognisi dan pengajaran
Pemindahan hasil belajar (transfer of learning), mengembangkan keterampilan-keterampilan belajar-cara belajar dan mengajarkan pemecahan masalah adalah isu-isu penting bagi pendidikan.
3)     Konteks sosial bagi belajar
Teori belajar sosial mengemukakan gagasan mengenai belajar dalam situasi yang dialami dimana seseorang belajar dari orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Mengamati berbagai macam model (seperti model-model dalam keluarga, televisi, film) dan reinforcement yang diberikan oleh teman sebaya dan oleh pihak lain, kesemuanya berpengaruh penting terhadap belajar. Menurut teori belajar sosial, belajar di dalam masyarakat yang berorientasi pada media memperluas cakrawala dan jangkauan belajar di dalam kelas, secara lembut dan tidak memaksa.

1 komentar: