Wikipedia

Hasil penelusuran

Minggu, 11 Januari 2015

Makalah: Write Performance Objective



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Yang paling dikenal dari model desain instruksional adalah penulisan tujuan kinerja atau sering disebut dengan tujuan perilaku. Sejak penerbitan bukunya tentang tujuan pada tahun 1962, Robert Mager telah mempengaruhi pendidikan masyarakat secara menyeluruh melalui penekanan yang diberikan pada keperluan akan adanya pernyataan yang jelas dan tepat tentang apa yang seharusnya dilakukan/diperbuat siswa ketika mereka selesai mengikuti pelajaran. Tujuan penulisan tujuan kinerja adalah untuk menjawab pertanyaan tentang kemampuan apa yang dapat dilakukan  pembelajar ketika mengikuti dan menyelesaikan proses pembelajaran.
Para guru dilatih untuk merumuskan tujuan perilaku supaya menjadi tanggung jawab dalam pembelajaran mereka. Terdapat  dua kesulitan utama yang muncul ketika proses menentukan tujuan tidak dimasukkan sebagai komponen integral dari model desain pembelajaran. Pertama tanpa model yang jelas para instruktur menemui kesulitan untuk menentukan bagaimana  memperoleh tujuan pembelajaran. Meskipun instruktur bisa menguasai mekanisme penulisan tujuan, tidak ada petunjuk yang dapat dijadikan pegangan dalam merumuskan tujuan. Akibatnya, banyak guru kembali melibat daftar isi dalam buku pelajaran untuk mengidentifikasi topik-topik yang akan dipakai dalam merumuskan tujuan perilaku. Kedua, lebih sebagai kritikan adalah apa yang akan dilakukan dengan tujuan itu setelah ditulis. Kebanyakan guru hanya diberitahu bahwa tujuan itu harus disatukan kedalam pengajarannya, dan bahwa mereka akan menjadi guru yang lebih baik karena mereka sekarang telah mempunyai tujuan perilaku untuk keperluan pembelajaran. Tujuan ini hanya sebatas tulisan yang berfungsi sebagai dokumen administrasi bagi guru.  Pada kenyataannya, sebagian besar tujuan ditulis dan kemudian ditempatkan di laci meja, tidak pernah untuk mempengaruhi proses pembelajaran.
Tujuan pembelajaran sangat penting untuk desain pembelajaran. Pernyataan tentang apa yang harus dapat dilakukan siswa setelah selesai mengikuti pembelajaran tertentu akan berguna bukan hanya bagi perancang, tetapi juga kepada siswa, pengawas, dan administrator. Jika tujuan pembelajaran disampaikan untuk diketahui para siswa, maka mereka akan memiliki pedoman jelas bagi apa yang harus dipelajari dan diujikan selama berlangsunga pengajaran. Kemungkinan sedikit saja siswa yang tidak bisa mengikuti pelajaran dalam waktu yang lama, dan lebih banyak jumlah yang mungkin akan menguasai pelajaran bila mereka tahu apa yang seharusnya mereka pelajari.
Memang ada keberatan yang diajukan orang terhadap penggunaan tujuan perilaku. Sebagian mereka menganggap tujuan ini tampak remeh dalam beberapa bahan pengajaran. Hanya saja tujuan ini sering tidak didasarkan pada analisa pengajaran yang seksama, yaitu yang menggambarkan adanya hubungan tiap perilaku baru dengan perilaku yang telah diperoleh sebelumnya. Begitu banyak para pendidik mengakui bahwa merumuskan tujuan dalam beberapa bidang, seperti humaniora lebih sulit disbanding bidang lain. Tetapi guru dibidang ilmu ini kenyataannya juga menilai perilaku siswa. Pengembangan tujuan menuntut guru-guru dalam disiplin ilmu ini untuk melakukan pekerjaan berikut : (l) Menetapkan keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang akan mereka ajarkan, (2) Menentukan strategi pembelajaran, dan (3) Menetapkan kriteria untuk mengevaluasi kinerja murid ketika pembelajaran berakhir.
Sementara ada guru yang mungkin melihat tujuan akan merusak diskusi kelas yang bebas, tujuan itu sebenarnya dapat digunakan untuk memeriksa relevansi diskusi tersebut. Tujuan juga dapat meningkatkan kecermatan komunikasi diantara para pengajar yang harus mengkoordinasi pembelajaran mereka.

B.      Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat dirumukan masalah sebagai berikut:
1.     Bagaimanakah konsep tujuan performansi/kinerja (Performance Objective)?
2.     Apa komponen performansi/kinerja (Performance Objective)?
3.     Bagaimanakah proses penulisan tujuan pembelajaran?
4.     Bagaimana cara evaluasi tujuan performansi?
5.     Bagaimana contoh penerapan tujuan performansi pada ketrampilan psikomotorik dan sikap?
C.      Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.     Untuk mengetahu konsep tujuan performansi/kinerja (Performance Objective)?
2.     Untuk mengetahui komponen performansi/kinerja (Performance Objective)
3.     Untuk mengetahui proses penulisan tujuan pembelajaran.
4.     Untuk mengetahui cara evaluasi tujuan.
5.     Untuk mengetahui contoh penerapan tujuan performansi pada ketrampilan psikomotorik dan sikap.









  


BAB II
PEMBAHASAN
http://www.itma.vt.edu/modules/spring03/instrdes/images/dickcarey4.gif 







A.      Tujuan Performansi/kinerja (Performance Objective)
Konsep yang paling penting terkait dengan bab ini adalah tujuan kinerja. Tujuan kinerja adalah deskripsi rinci tentang apa yang akan mampu dikerjakan siswa setelah selesai mengikuti suatu satuan pengajaran. Pertama, harus ditunjukkan bahwa ada tiga istilah yang sering digunakan sebagai sinonim dalam menggambarkan kinerja peserta didik. Mager (1975) mula-mula menggunakan istilah perilaku tujuan untuk menekankan bahwa itu adalah pernyataan yang menjelaskan apa yang akan dapat dilakukan/dikerjakan siswa. Beberapa pendidik sangat keberatan orientasi ini. Hal lain, mungkin lebih dapat diterima, diajukan untuk menggantikan kata perilaku ini. Oleh karena itu Anda akan melihat dalam literatur istilah performance objective (tujuan kinerja, tujuan performansi, tujuan unjuk kerja) dan instructional objective (tujuan pengajaran, tujuan pembelajaran).  Bila anda menjumpai istilah ini anda menganggapnya sinonim dari tujuan perilaku.  Anda tidak boleh disesatkan untuk berpikir bahwa tujuan instruksional menggambarkan apa yang akan dilakukan instruktur. Bukannya itu menggambarkan jenis-jenis pengetahuan, keterampilan, atau sikap yang harus dipelajari oleh siswa.
Tujuan pembelajaran menjelaskan apa yang akan mampu dikerjakan siswa jika mereka menyelesaikan bahan-bahan pelajaran. Ini menggambarkan konteks dunia nyata, di luar situasi belajar, di mana pelajar akan menggunakan keterampilan dan pengetahuan. Ketika tujuan pembelajaran diubah menjadi tujuan kinerja,  ini disebut sebagai tujuan akhir (terminal objective). Tujuan akhir  menggambarkan persis apa yang dapat mahasiswa lakukan ketika ia menyelesaikan suatu unit pengajaran. Konteks untuk melaksanakan tujuan akhir  dibuat dalam situasi belajar, bukan dunia nyata. Demikian juga, keterampilan yang diperoleh melalui analisis langkah-langkah dalam tujuan disebut keterampilan bawahan (subordinate skills). Tujuan yang menggambarkan keterampilan yang membuka jalan untuk mencapai tujuan akhir  disebut sebagai tujuan bawahan (subordinate objectives). Tujuan bawahan menggambarkan blok bangunan ketrampilan yang harus dikuasai pembelajar dalam mencapai tujuan akhir. Tujuan kinerja berasal dari keterampilan dalam analisis pembelajaran. Satu atau lebih tujuan harus ditulis untuk setiap keterampilan yang diidentifikasi dalam analisis pembelajaran.
Tujuan performansi dapat diperoleh melalui penganalisisan pembelajaran. Untuk setiap ketrampilan yang harus dikenali dalam analisis pembelajaran paling sedikit satu tujuan atau lebih dapat dirumuskan. Ini termasuk tujuan untuk ketrampilan yang dikenal dengan kemampuan awal (entry skills).
Mengapa harus dirumuskan tujuan untuk kemampuan awal (entry skills) kalau tidak termasuk dalam pembelajaran. Alasan yang paling penting mengapa perlu ada tujuan untuk kemampuan awal ialah bahwa tujuan itu merupakan dasar dalam menyusun butir-butir soal tes. Butir-butir tes digunakan untuk menentukan apakah para siswa memang memiliki perilaku awal yang anda perkirakan ada. Karena itu harus dibuat butir-butir soal tes untuk mengukur adanya ketrampilan yang disebutkan dalam tujuan performance (tujuan kinerja) untuk kemampuan awal. Disamping itu bagi perancang tujuan ini berguna seandainya ditentukan bahwa siswa tidak memiliki kemampuan awal, dan menjadi perlu disusun pembelajaran untuk tingkah laku yang belum dimiliki.

B.      Fungsi dari Tujuan
Tujuan mencakup berbagai keperluan, bukan hanya sebagai pernyataan item tes dan tugas berasal. Tujuan memiliki fungsi yang sangat berbeda untuk desainer, instruktur, dan peserta didik, dan penting untuk menjaga perbedaan ini dalam pikiran. Untuk desainer, tujuan merupakan bagian integral dari proses desain, artinya keterampilan dalam analisis instruksional dijabarkan ke dalam deskripsi lengkap tentang apa siswa dapat lakukan setelah menyelesaikan instruksi. Tujuan berfungsi sebagai dokumentasi input bagi para desainer atau ahli konstruksi tes saat mereka mempersiapkan tes dan strategi pembelajaran. Hal yang penting bagi desainer untuk memiliki sedetail mungkin untuk kegiatan ini.
Setelah instruksi telah disiapkan untuk penggunaan pada umumnya, inisiatif-inisiatif keadan digunakan untuk berkomunikasi dengan baik antara instruktur dan peserta didik tentang apa yang dapat dipelajari dari bahan tersebut. Untuk mencapai hal ini, kadang-kadang diinginkan untuk baik memperpendek atau reword tujuan untuk mengekspresikan ide-ide yang jelas bagi peserta didik berdasarkan pengetahuan mereka tentang konten. Desainer harus menyadari pergeseran dalam penggunaan tujuan dan mencerminkan perbedaan ini dalam bahan yang mereka buat.
Pertimbangkan bagaimana daftar lengkap tujuan dibuat selama proses desain dapat dimodifikasi untuk dimasukkan dalam bahan Intruksional. Bagaimana tujuan-tujuan dimodifikasi berbeda dari yang digunakan oleh desainer?  Pertama, beberapa tujuan untuk keterampilan bawahan (subordinate skills) yang digunakan selama pengembangan bahan disertakan. Umumnya hanya tujuan utama disediakan dalam silabus, buku teks instruksi, atau halaman web utama. Kedua, kata-kata tujuan muncul dalam bahan tersebut diubah. Kondisi dan kriteria sering dihilangkan untuk memfokuskan perhatian peserta didik pada keterampilan khusus yang harus dipelajari, sehingga komunikasi yang lebih baik pada informasi ini. Akhirnya, siswa lebih mungkin untuk menghadiri tiga sampai lima tujuan utama daripada daftar panjang tujuan bawahan.


Tabel 6.1 Derivation of performance Objectives
Tabel Turunan Tujuan Kinerja
Langkah dalam Proses ID
Hasil Step
Nama Ketika sebagai Tujuan
Identifikasi Sasaran (chapter2)
Tujuan Instruksional atau Tujuan
Tujuan Akhir (Terminal objectives)
Analisis Tujuan (Chapter3)
Langkah utama dan / atau Cluster Informasi Wajib Kuasai Goal
Tujuan Bawahan (subordinate objectives)
Subordinasi Analisis Keterampilan (Chapter4)
Subskills
Tujuan Bawahan  (subordinate skills)
Subordinasi Analisis keterampilan (Chapter4)
entri skills
Tujuan Bawahan (subordinate skills)

C.      Komponen Tujuan.
Jika sudah ada tujuan-tujuan bagi pembelajaran, ketrampilan bawahan dan perilaku awal, bagaimana merumuskan tujuan itu?  Karya Mager menjadi pedoman bagi penyusunan tujuan pembelajaran. Modelnya untuk menyusun tujuan adalah pernyataan yang mengandung tiga komponen utama. Komponen pertama dari tujuan menggambarkan keterampilan atau tingkah laku yang diidentifikasi dalam analisis pembelajaran, Tujuan harus menguraikan apa yang dapat / mampu dikerjakan atau diperbuat pelajar.
Komponen kedua dari tujuan menggambarkan kondisi  pelajar atau keadaan yang pada waktu pelajar melaksanakan tugas. Apakah pelajar akan diberikan tes tertulis? Apakah dibenarkan menggunakan kamus? Apakah mereka akan diberikan sebuah paragraf untuk dikupas. Ini semua adalah pernyataan tentang kondisi siswa dalam melakukan ketrampilan yang dikehendaki.
Komponen ketiga dari tujuan  menggambarkan kriteria yang akan digunakan untuk mengevaluasi kinerja/perbuatan peserta didik. Kriteria sering dinyatakan dalam batas-batas, atau rentangan, jawaban atau respon yang akan diterima. Kriteria menjawab pertanyaan siswa  “Apakah jawaban saya harus betul mutlak ?” Kriteria menunjukkan berapa batas yang dapat ditenggang bagi respon atau jawaban siswa.

Komponen dari Tujuan Kinerja
Komponen dari Tujuan Kinerja
Deskripsi Komponen
Contoh Komponen

Kondisi (CN)

Penjelasan mengenai alat dan sumber daya yang akan tersedia untuk pelajar saat melakukan keterampilan
  1. Dalam pertemuan tim kerja (CN)
  2. Menggunakan mesin pencari web (CN)
  3. Dari memori (CN)

Perilaku (B)

Sebuah penjelasan dari keterampilan yang akan mencakup tindakan, konten dan konsep.
  1. Mengelola jalur diskusi (B)
  2. Menggunakan operator Boolean (B)
  3. Jelaskan prosedur tanggap darurat ketika gas mendeteksi pada indikator bocor (B)

Kriteria (C)

Penjelasan performansi/ Kinerja dari keterampilan yang dapat diterima
  1. Jadi pertemuan tetap dalam jalur (CR)
  2. Untuk mempersempit jumlah hits yang relevan dengan setengah (CR)
  3. Persis seperti yang dijelaskan di ruang di manual kebijakan perusahaan (CR)

1.   Derivation of Behaviours (Perilaku).
Dalam penyusunan tujuan diperlukan kata kerja operasional yang terukur dari masing-masing ranah. Kadang-kadang kita menemukan bahwa pernyataan tujuan terlalu samar, dalam hal ini, perancang harus hati-hati mempertimbangkan kata kerja yang dapat digunakan untuk menggambarkan perilaku. Penulisan tujuan harus mampu mengungkapkan jenis perilaku yang dirumuskan melalui proses identifikasi dalam analisis pembelajaran.
Keterampilan intelektual dapat dijelaskan dengan kata kerja seperti sebagai mengidentifikasi, mengklasifikasi, menunjukkan, atau menghasilkan. Kata kerja ini, seperti yang dijelaskan oleh Gagne, Wager, Golas, dan Keller (2004), mengacu pada kegiatan khusus seperti sebagai pengelompokan objek serupa, membedakan satu hal dari yang lain, atau memecahkan masalah. Gagne tidak menggunakan kata kerja tahu, mengerti, atau menghargai karena kata akerja ini terlalu samar dan sulit diukur. Ketika kata-kata ini digunakan pada tujuan, tahu biasanya mengacu pada informasi lisan, keterampilan intelektual memahami, dan menghargai sikap. Kata kerja ini samar-samar harus diganti dengan performa kata kerja yang lebih spesifik.
Tujuan yang berhubungan dengan keterampilan psikomotorik biasanya dinyatakan dalam suatu perilaku (misalnya, berlari, melompat, atau mengemudi).
Ketika tujuan melibatkan sikap, biasanya diharapkan untuk memilih alternatif tertentu atau rangkaian alternatif. Di sisi lain, hal itu mungkin melibatkan pelajar membuat pilihan dari di antara berbagai kegiatan.
2.   Derivations of conditions (Kondisi)
Kondisi merujuk suatu keadaan dan sumber daya yang akan tersedia bagi pelajar dalam mencapai tujuan. Dalam memilih kondisi yang sesuai perlu mempertimbangkan  perubahan perilaku yang akan dicapai dan karakteristik sasaran. Kita harus membedakan factor-faktor yang mempengaruhi kondisi. Faktor-faktor ini meliputi:     
a.        Apakah sebuah isyarat akan disediakan pada pembelajar dalam mendapatkan informasi (stimulus),
b.       Karakteristik dari setiap bahan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas,
c.        Ruang lingkup dan kompleksitas tugas,
d.       Relevan atau kesesuaian kinerja dengan dunia nyata.
Pertama, pertimbangkan isyarat atau stimulus yang disediakan bagi pelajar adalah pertimbangan yang sangat penting untuk menguji informasi lisan. Misalnya, apabila kita ingin memastikan bahwa peserta didik dapat menghubungkan konsep tertentu dengan definisi? Ada beberapa kondisi yang dapat digunakan untuk menggambarkan rangsangan pembelajar akan membantu mereka mengingat informasi lisan. Perhatikan daftar rangsangan berikut (kondisi) dan perilaku, masing-masing yang dapat memungkinkan pembelajar untuk menunjukkan bahwa mereka tahu atau dapat mengasosiasikan konsep dengan definisi.
Kedua, Karakteristik dari sumber-sumber daya yang diperlukan  untuk melakukan tugas tertentu. Sumber daya seperti bahan-bahan tersebut adalah: (1) ilustrasi seperti tabel, diagram, atau grafik; (2) bahan-bahan tertulis seperti laporan, cerita, atau artikel surat kabar, (3) benda-benda fisik seperti batuan, daun, slide, mesin , atau alat; dan (4) bahan referensi seperti kamus, manual, database, buku, atau web.
Ketiga,  ruang lingkup dan kompleksitas tugas untuk melakukan perubahan sesuai dengan kemampuan dan pengalaman dari populasi target.
Keempat adalah membantu transfer pengetahuan dan keterampilan dari instruksional pengaturan ke pengaturan kinerja. Dalam menentukan kondisi-kondisi ini yang harus  dipertimbangan adalah sifat rangsangan materi, dan karakteristik target populasi.
3.       Derivations of criteria (Kriteria)
Bagian akhir dari tujuan adalah kriteria dalam menentukan keterampilan kinerja yang dapat diterima. Dalam menetapkan kriteria yang logis, harus mempertimbangkan  tugas yang harus dilakukan. Beberapa keterampilan intelektual dan tugas informasi lisan hanya memiliki satu jawaban yang akan dianggap benar. Dalam hal ini, kriteria adalah bahwa peserta didik dapat menghasilkan respon yang tepat. Beberapa desainer menambahkan kata dengan benar untuk criteria ini.



D.      Proses Penulisan Tujuan
Dalam rangka menentukan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan analisis konteks, para desainer seharusnya mereview kembali pernyataan tujuan sebelum menetapkan tujuan. Apakah itu termasuk deskripsi tentang konteks utama di mana tujuan akan digunakan? Jika tidak, langkah pertama harus mengedit tujuan agar mencerminkan konteks itu.
Langkah kedua adalah untuk menulis tujuan akhir. Pernyataan tujuan menggambarkan konteks dimana pelajar pada akhirnya akan menggunakan keterampilan baru sementara tujuan akhir  menggambarkan kondisi obyektif untuk melaksanakan tujuan pada akhir pembelajaran.
Setelah tujuan akhir ditetapkan, perancang menulis keterampilan dan kemampuan bawahan yang disertakan dalam analisis pembelajaran.
Langkah berikutnya adalah menuliskan tujuan untuk keterampilan bawahan di bagan analisis instruksional.
Secara singkat langkah-langkah dalam tujuan penulisan adalah sebagai berikut:
1.   Edit tujuan untuk merefleksikan konteks kinerja.
2.   tulis tujuan akhir untuk mencerminkan konteks lingkungan belajar.
3.   Tulis  tujuan untuk setiap langkah dalam analisis tujuan yang tidak ada substeps yang ditampilkan.
4.   Menulis suatu tujuan untuk setiap pengelompokan substeps di bawah langkah utama dari analisis tujuan, atau menulis substep tujuan untuk masing-masing.
5.   Menulis tujuan untuk semua keterampilan bawahan.
6.   Menulis tujuan perilaku awal  jika terdapat siswa yang tidak memiliki kompetensi yang tercakup dalam perilaku awal.

E.   Evaluasi Tujuan
Cara yang baik untuk mengevaluasi kelayakan kejelasan dan tujuan yang telah ditulis adalah untuk membangun sebuah item tes yang akan digunakan untuk mengukur pencapaian tugas peserta didik. Jika tujuan tidak dapat menghasilkan barang logis sendiri, maka tujuan harus dipertimbangkan kembali.
Cara lain untuk mengevaluasi kejelasan tujuan adalah dengan meminta seorang rekan untuk membuat tes item yang sama dan sesuai dengan perilaku dan kondisi yang ditentukan. Jika item tidak dibuat sangat mirip dengan salah satu , maka tujuan tidak cukup jelas untuk berkomunikasi.
Anda juga harus mengevaluasi kriteria yang telah Anda tetapkan dalam tujuan. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria untuk mengevaluasi contoh-contoh kinerja yang ada dan diinginkan atau direspons.
Sementara tujuan menulis, perancang harus sadar bahwa pernyataan-pernyataan ini adalah kriteria yang akan digunakan untuk mengembangkan penilaian untuk pengajaran. Perancang mungkin lagi memeriksa kejelasan dan kelayakan tujuan dengan pertanyaan, "Bisakah aku desain item atau tugas yang menunjukkan apakah seorang pelajar dapat berhasil melakukan apa yang digambarkan dalam tujuan?" Jika sulit membayangkan bagaimana hal ini dapat dilakukan dalam fasilitas yang ada dan lingkungan, maka tujuan harus dipertimbangkan kembali.
Saran lain yang dapat membantu adalah anda hendaknya tidak segan menggunakan dua atau bahkan tiga kalimat untuk mendeskripsikan tujuan secara memadai. Tidak ada ketentuan yang membatasi tujuan hanya satu kalimat saja.
Tujuan hanya satu komponen dalam keseluruhan proses desain pembelajaran, dan hanya ketika mereka memberikan kontribusi untuk proses itu mereka mengambil makna. Saran terbaik pada saat ini adalah menulis tujuan dengan cara yang bermakna dan kemudian beralih ke langkah berikutnya dalam proses desain pembelajaran.

F.       Contoh Tujuan Performansi untuk Keterampilan Psikomotorik dan Sikap
Bagian ini berisi contoh-contoh tujuan kinerja keterampilan psikomotorik dan sikap. Untuk membantu analisis Anda setiap contoh, kondisi tersebut disoroti menggunakan huruf CN, perilaku diidentifikasi dengan B, dan kriteria ditunjukkan dengan menggunakan huruf CR.



1.     Psikomotorik
Tabel 6. 1
Contoh Keterampilan psikomotorik dan Pencocokan Tujuan Kinerja

Langkah
Tujuan perilaku
2,1Tentukan bagaimana mengoperasikan dongkrak.
2,1 tempatkan dongkrak dan atur posisinya (yang tidak ditempatkan di bawah mobil) (CN), mengoperasikan dongkrak (B)  Pasang pengaman, pompa pegangan hingga dongkrak naik, lepaskan alat pengaman, dan menurunkan dongkrak ke posisi tertutup (CR).
2.2 Identifikasi dimana meletakkan dongkrak pada sebauh mobil.
2.2 Beri alat yang digunakan untuk mengoperasikan dongkrak dan sebuah mobil akan diangkat yang bertengger di pinggiran jalan (CN), mempersiapkan untuk menempelkan dongkrak (B). Pindah mobil pada posisi yang datar, lokasi stabil; menemukan tempat terbaik pada frame mobil dekat dengan roda yang akan dilepas, kemudian tempatkan dongkrak posisi tepat di bawah bingkai posisi (CR).
2,3 tempatkan dongkrak pada mobil.
2,3 Diberi gunting dongkrak ditempatkan tepat di bawah bingkai pada tempat yang tepat (CN), pasang menangani dan meningkatkan dongkrak (B). Dongkrak tepat di bawah bingkai pada tempat yang tepat dan mengangkat mobil hanya untuk memenuhi bingkai. Kontak antara dongkrak dan mobil dievaluasi untuk keseimbangan dan disesuaikan jika diperlukan. mobil tidak dicabut dan kacang lug tidak mengendurkan (CR).
2,4 blok di belakang dan sebelum
roda yang tetap di atas tanah.
2,4Tanpa diberi blok dan tanpa diminta untuk mencari sesuai blok (CN), cari tempat blok dan roda belakang tetap di atas tanah (B). Cari cukup bata ukuran blok dari komposisi yang kuat dan tempat satu sebelum dan di belakang setiap roda yang jauh dari dongkrak (CR).
Tujuan: mengganti ban mobil.
T.O
Mengingat sebuah mobil sering mengalami kempes ban, maka semua alat-alat yang diperlukan untuk mengganti ban tempatkan dalam posisi normal di bagasi, dan ban serep yang melambung biasanya diamankan di roda dengan baik (CN), mengganti ban kempes dengan ban cadangan (B). Setiap langkah dalam prosedur akan dilakukan secara berurutan dan sesuai dengan kriteria yang ditentukan untuk setiap langkah (CR).


2.     Sikap
Mengembangkan tujuan untuk perolehan sikap juga dapat menjadi rumit dalam hal kondisi, perilaku, dan kriteria. Contoh-contoh yang tercantum dalam Tabel 6.4 diambil dari tujuan sikap tentang keselamatan hotel yang termasuk dalam Gambar 4.7 dan mereka memberikan sebaik ilustrasi dari masalah yang desainer temui.
Hal pertama yang harus Anda perhatikan tentang kondisi dalam tujuan ini adalah bahwa hal ini akan sangat sulit untuk diterapkan, karena beberapa alasan. Hak-hak dan privasi individu adalah dua masalah, dan mendapatkan akses ke kamar untuk mengetahui apakah pintu terkunci, perhiasan dan uang yang disingkirkan adalah hal lain. Dalam kasus seperti ini desainer pasti akan membutuhkan kompromi. Kompromi terbaik mungkin adalah memastikan bahwa orang tahu apa yang harus dipilih untuk memaksimalkan keselamatan pribadi mereka ketika di sebuah hotel. Tes tujuan tentang informasi verbal terkait atau tes skenario berbasis masalah mungkin adalah hal terbaik yang desainer dapat dilakukan.

Tabel
Contoh Sikap dan Pencocokan Tujuan Performansi

Sikap
Pencocokan Tujuan Performansi
1. Pilih keselamatan maksimum dari kebakaran pada saat check-in di sebuah hotel.
1.1 Tanpa menyadari bahwa mereka sedang diamati selama hotel check-in (CN). pelancong selalu (CR): (l) meminta
kamar di lantai yang lebih rendah, dan (2) menanyakan tentang keselamatan di dalam dan di dekat dengan kamar yang diberikan, seperti alarm asap, alat pemadam, dan tangga (B).
2. Pilih keselamatan maksimum dari gangguan pada saat check-in di sebuah hotel.
2.1 Tidak menyadari mereka sedang diamati saat mereka mempersiapkan diri meninggalkan kamar hotel untuk sementara waktu (CN), pelancong selalu (CR): (1) meninggalkan radio, televisi dan lampu yang menyala, dan (2) mereka memeriksa untuk memastikan pintu terkunci dengan aman seperti menutup di belakang (B).

2.2 Tanpa menyadari bahwa mereka sedang diamati pada saat masuk kembali ke kamar hotel (CN), pelancong selalu (CR) memeriksa untuk melihat bahwa ruangan tetap seperti sebelum mereka meninggalkan ruangan dan bahwa tidak ada seorang pun di dalam ruangan. Mereka juga mengunci pintu dan merantai (B) di sepanjang waktu (CR).
3. Pilih tempat untuk memaksimumkan keselamatan barang-barang berharga pada saat
tinggal di kamar hotel.
3.1 Tanpa menyadari bahwa mereka sedang diamati selama check-in (CN), pelancong selalu (CR) menanyakan tentang kunci kotak dan asuransi untuk barang-barang berharga. Mereka selalu (CR) meletakkan dokumen berharga, uang tambahan, dan unworn perhiasan dalam kotak terkunci yang aman (B).
3,2 Tanpa menyadari bahwa mereka sedang diamati saat meninggalkan
ruangan untuk sementara waktu (CN), pelancong tidak pernah (CR) meninggalkan perhiasan atau uang tergeletak tentang di hotel furniture (B).

Pertimbangkan contoh sikap lain yang lebih dikelola. Ingat kembali sopan, teller bank ramah dalam Bab 2. Tujuan sikap dan sasaran yang termasuk dalam Tabel 6.5 untuk sikap teller tampaknya diamati dan diukur. Contoh tertentu ini akan memungkinkan kita untuk mengilustrasikan beberapa poin penting. Pertama, kondisi yang sama persis untuk semua dari empat perilaku yang dipilih, dengan demikian, mereka ditulis sekali sebelum perilaku untuk menghindari kelebihan. Ingat bahwa pengukuran sikap mengharuskan bahwa teller tahu bagaimana bertindak saat menyapa pelanggan dan mengapa mereka harus bertindak dengan cara ini. Mereka juga harus percaya bahwa mereka bebas untuk bertindak dengan cara yang mereka pilih, yang berarti bahwa mereka tidak dapat mengetahui bahwa mereka sedang diamati. Kondisi lain adalah bahwa mereka memilih untuk menjadi sopan bahkan ketika mereka sangat sibuk. Desainer bisa menyimpulkan bahwa teller yang memilih untuk menyapa pelanggan dengan cara yang ramah kondisi ini memiliki sikap yang diinginkan.
Kedua, kriteria untuk performansi yang dapat diterima, juga sama untuk semua empat tujuan. Kriteria ini karena mendahului daftar perilaku untuk menghindari kelebihan.
Akhirnya, perilaku yang diharapkan tercantum secara terpisah di bawah kondisi dan kriteria. Ini singkat perilaku dapat diperluas untuk mencakup perilaku-perilaku yang tidak pernah teller (CR) menunjukkan saat menyapa pelanggan (misalnya, menunggu pelanggan untuk berbicara pertama dan gagal melihat atau mengenali pelanggan sampai siap).
Dengan tujuan ini supervisor bisa mengembangkan Daftar Periksa penghitungan frekuensi masing-masing perilaku yang terjadi. Dari penghitungan tersebut, supervisor bisa menyimpulkan apakah teller memiliki sikap yang ditentukan.
Tabel
Pengelolaan Sikap dan Pencocokan Tujuan Performansi

Langkah
Pencocokan Tujuan Perilaku
Teller akan memilih untuk memperlakukan pelanggan dalam cara yang ramah, sopan

Tanpa menyadari mereka sedang diamati selama transaksi dengan pelanggan pada hari yang sibuk (CN), teller akan selalu (CR):
1. Melakukan transaksi dengan pelanggan dengan: (a) tersenyum, (b) memulai ucapan lisan, (c) mengatakan sesuatu untuk membuat munculnya layanan personalisasi, (d) secara lisan memaafkan diri jika mereka harus menyelesaikan transaksi sebelumnya, dan (e) bertanya bagaimana mereka bisa melayani (B).

2. Melakukan transaksi pelanggan dengan: (a) mendengarkan dengan penuh perhatian terhadap penjelasan pelanggan, (b) meminta klarifikasi informasi yang diperlukan, (c) menyediakan formulir tambahan yang diperlukan, (d) menyelesaikan atau mengubah bentuk-bentuk yang diperlukan, (e) menjelaskan setiap perubahan yang dibuat kepada pelanggan, dan (f) menjelaskan semua bahan yang dikembalikan ke pelanggan (B).

3. Menyimpulkan setiap transaksi dengan (a) bertanya tentang layanan lain yang diperlukan, (b) secara lisan berkata, "Terima kasih," (c) menanggapi komentar pelanggan, dan (d) mengakhiri harapan secara lisan (misalnya, "selamat menikmati hari yang indah" "Cepat kembali," atau "Sampai jumpa segera").


G.     Studi Kasus: Pelatihan Kepemimpinan Kelompok
Kami mengambil studi kasus lagi dengan contoh tujuan untuk informasi verbal dan keterampilan intelektual. Hanya tujuan terpilih yang disertakan di sini, tetapi sebuah proses ID yang lengkap akan meliputi satu atau lebih tujuan untuk masing-masing sub keterampilan diidentifikasi dalam analisis instruksional. Kondisi yang kembali disorot menggunakan huruf CN, perilaku diidentifikasi dengan B, dan kriteria ditunjukkan menggunakan huruf CR. Seperti sebelumnya, Anda biasanya tidak akan menyertakan huruf-huruf tersebut pada tujuan Anda sendiri. Sebuah diskusi singkat mengikuti setiap rangkaian contoh untuk menunjukkan fitur penting dari tujuan.
1.     Informasi Verbal dan Keterampilan Intelektual
Tabel 6.6 meliputi tujuan instruksional dan tujuan terminal untuk performansi dan konteks instruksional. Keterampilan intelektual pada Tabel 6.6 dan 6.7 dan tugas informasi verbal dalam Tabel 6.7 diambil dari Gambar 4.8 (hal.81), yang menggambarkan analisis instruksional untuk tujuan instruksional "diskusi kelompok kepemimpinan bertujuan untuk memecahkan masalah." Tabel 6.7 berisi tujuan untuk sampel keterampilan intelektual bawahan dan tugas informasi verbal yang digambarkan dalam Gambar 4.8.
Tabel 6.6. Contoh Tujuan Instruksional dengan Performansi Konteks dan Terminal Tujuan dengan konteks Pembelajaran untuk Tujuan: Pemimpin Kelompok Diskusi Ditujukan untuk Menyelesaikan Masalah
Tujuan Instruksional
Tujuan Instruksional dengan Penambahan Performansi Konteks
Pemimpin kelompok diskusi ditujukan untuk menyelesaikan masalah
Selama aktual Neighborhood Crime Watch (NCW) pertemuan diadakan di situs lingkungan yang ditunjuk (misalnya, anggota keluarga, lingkungan sosial / fasilitas rapat) (CN) berhasil memimpin diskusi kelompok bertujuan untuk memecahkan masalah kejahatan yang ada saat ini di lingkungan (B). Anggota kooperatif akan digunakan untuk menilai pencapaian tujuan ini (CR).

Tujuan Terminal dengan Penambahan  Konteks Pembelajaran

Selama simulasi Neighborhood Crime Watch (NCW) pertemuan yang dihadiri oleh pelatih kepemimpinan NCW baru dan diadakan di sebuah fasilitas pelatihan pemerintah negara (CN). Dengan sukses memimpin diskusi kelompok yang bertujuan untuk memecahkan masalah yang diberikan (B). Anggota kooperatif akan digunakan untuk menilai pencapaian tujuan ini (CR).

Tabel 6.7. Contoh Tujuan Performansi Untuk Informasi Verbal and Tugas Keterampilan Intelektual Untuk Tujuan Instruksional “Memimpin Kelompok Diskusi yang Ditujukan Untuk Menyelesaikan Masalah”
Langkah Pertama Pada Tujuan Instruksional
Tujuan Performansi Untuk Langkah Utama
6. Mengelola interaksi kelompok kooperatif
6.1 Selama simulasi Neighborhood Crime Watch (NCW) pertemuan yang dihadiri oleh pelatih kepemimpinan NCW baru dan diadakan di sebuah fasilitas pelatihan pemerintah negara (CN), kelola interaksi kelompok kooperatif (B). Anggota diskusi harus berpartisipasi secara bebas, sukarelawan ide, bekerja sama penuh dengan pemimpin dan anggota lain (CR).

Keterampilan bawahan
Contoh Tujuan Bawahan Untuk Langkah Utama
6.1. Namai tindakan anggota yang memberikan interaksi kooperatif






6.2. Klasifikasikan tindakan anggota sebagai perilaku kooperatif





6.3. Namai strategi untuk mendorong kerjasama anggota


6.4. Klasifikasikan strategi untuk mendorong kerjasama







6.5. Munculkan perilaku kooperatif anggota
6.1.1. Ketika diminta baik secara lisan maupun tulisan (CN) untuk menamai tindakan anggota kelompok yang memberikan interaksi kooperatif, namai tindakan itu (B). Paling tidak enam tindakan memberikan harus dinamai (CR).
6.1.2. Ketika ditanya baik secara lisan maupun tulisan (CN) untuk menunjukkan apa yang anggota harus lakukan ketika ide-ide mereka dipertanyakan oleh kelompok, namai reaksi positif yang membantu memastikan interaksi kelompok kooperatif (B). Peserta didik harus menamai setidaknya tiga kemungkinan reaksi (CR)


6.2.1. Berikan deskripsi tertulis dari tindakan anggota kelompok selama pertemuan (CN), tunjukkan apakah tindakan itu merupakan perilaku kooperatif (B). Peserta didik harus mengklasifikasikan dengan benar setidaknya 80 persen dari tindakan yang ditunjukkan (CR).
6.2.2. Berikan Video  yang dipentaskan pertemuan NCW yang menggambarkan tindakan anggota (CN), tunjukkan apakah tindakan kooperatif (B). Peserta didik harus mengklasifikasikan dengan benar setidaknya 80 persen dari tindakan yang ditunjukkan (CR).

6.3.1. Ketika ditanya secara tertulis untuk menamai tindakan pemimpin yang mendorong dan menghambat diskusi dan kerjasama anggota (CN), namai tindakan ini (B). Peserta didik harus menamai setidaknya sepuluh dorongan dan tindakan hambatan yang sesuai (CR)

6.4.1. Berikan deskripsi tertulis dari tindakan pemimpin kelompok selama pertemuan (CN) tunjukkan apakah tindakan itu cenderung mendorong atau menghambat interaksi kelompok kooperatif (B). Peserta didik harus mengklasifikasikan dengan benar setidaknya 80 persen dari tindakan itu yang digambarkan (CR).
6.4.2. Berikan video yang dipentaskan pertemuan NCW yang menggambarkan tindakan pemimpin (CN), tunjukkan apakah tindakan pemimpin cenderung mendorong atau menghambat kerjasama anggota (B). Peserta didik harus mengklasifikasikan dengan benar setidaknya 80 persen baik dari dorongan dan tindakan hambatan sesuai yang ditunjukkan (CR).

6.5.1 Dalam stimulasi NCW pemecahan masalah pertemuan dengan peserta didik bertindak sebagai pemimpin kelompok (CN), Mulai tindakan untuk memunculkan perilaku kooperatif antara anggota (B). Anggota kelompok kooperatif satu sama lain dan dengan pemimpin selama diskusi (CR).



2.     Informasi Verbal
Dalam contoh tujuan informasi verbal pada Tabel 6.7, perhatikan bahwa kondisi menentukan istilah kunci yang harus digunakan dalam item tes disampaikan kepada peserta didik. Misalnya, dalam tujuan bawahan 6.1.1 dan 6.1.2 untuk keterampilan 6.1, istilah kunci dirumuskan "tindakan anggota yang memfasilitasi interaksi kooperatif dan "apa yang anggota harus lakukan ketika ide-ide mereka dipertanyakan". Istilah-istilah kunci akan berfungsi sebagai petunjuk peserta didik untuk mencari informasi terkait yang tersimpan dalam memori. Meskipun ada banyak cara yang berbeda dimana item tes yang sesuai dapat diformat (misalnya, sebagai pertanyaan lengkap atau sebagai pernyataan singkat), istilah kunci harus disampaikan kepada peserta didik dibuat jelas, secara tertulis. Perhatikan juga bahwa perilaku yang digunakan dalam sub keterampilan dan tujuannya adalah sama. Bahkan dalam kasus mereka tidak persis sama, perilaku yang digunakan harus memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan keterampilan tersembunyi yang sama (misalnya, "nama" versus "daftar"). Akhirnya, pertimbangkan kriteria di masing-masing tujuan. Karena jumlah tindakan dinamai peserta didik pasti akan berbeda-beda, jumlah tindakan yang harus dinamai oleh peserta didik yang dirumuskan.
3.     Keterampilan Intelektual
Dalam contoh keterampilan intelektual (misalnya, 6.2.1. Ad 6.2.2. Untuk keterampilan 6.2) perhatikan bahwa kondisi bagian dari tujuannya adalah sama dengan yang digunakan dalam tujuan informasi verbal. Tidak hanya terminologi kunci termasuk (misalnya, "Tindakan anggota kelompok selama pertemuan"), tetapi cara di mana tindakan yang akan disajikan dirumuskan juga (misalnya, "deskripsi tertulis dari tindakan kelompok" dan "video pementasan pertemuan NCW menggambarkan tindakan anggota '"). Dalam objektif 6.5.1, tidak ada istilah kunci dinyatakan dalam kondisi, namun, pemeriksaan akan berlangsung pada “simulasi pertemuan pemecahan masalah NCW” dengan pelajar bertindak sebagai pemimpin kelompok. Perhatikan bahwa kondisi pada ketiga keterampilan intelektual membantu menentukan kompleksitas tugas. Mendeteksi pemimpin positif dan tindakan anggota kemungkinan lebih mudah daripada mendeteksi tindakan yang sama ketika Anda "ego yang terlibat" - memimpin pertemuan sendiri dan mengolah perilaku verbal rekan Anda secara aktif memfasilitasi. Perhatikan bahwa perilaku dalam keterampilan bawahan dan tujuan yang sesuai adalah kongruen. Bahkan ketika istilah alternatif yang digunakan, keterampilan menunjukkan akan menjadi salah satu yang ditentukan dalam keterampilan bawahan. Perhatikan kriteria yang termasuk dalam tujuan-tujuan ini. Dalam tujuan bawahan 6.2.1 dan 6.2.2, peserta didik diharuskan untuk menemukan 80 persen dari perilaku kooperatif yang ditunjukkan dalam skenario dan video. Di sisi lain, kriteria untuk tujuan 6.5.1 adalah bahwa anggota dalam kelompok interaktif pemimpin perlu kerja sama dengan satu sama lain dan pemimpin. Dengan kata lain, perilaku anggota dalam kelompok akan memberikan bukti keberhasilan pemimpin.

H.      Rubrik untuk Mengevaluasi Tujuan Performansi
Kriteria yang dapat Anda gunakan untuk membangun dan mengevaluasi elaborasi tujuan, tujuan terminal, dan tujuan performansi dirangkum dalam rubrik berikut untuk memudahkan pekerjaan Anda. Ruang yang disediakan di sisi kiri menyediakan berbagai tinjauan bahan Anda. Catatan desainer: Jika elemen tidak relevan untuk proyek Anda, tandai NA di Kolom Tidak.
Tdk
___
___
Bbrp
___
___
Ya
___
___
A.    Pernyataan Tujuan   Apakah pernyataan tujuan:
1.   Menjelaskan konteks performansi tertinggi?
2.   Menjelaskan konteks yang otentik dan realistis?


___
___
___

___
___
___

___
___
___
B.    Tujuan Terminal   Apakah ada kesesuaian antara tujuan terminal:
1.    Kondisi dan konteks lingkungan belajar?
2.    Perilaku dan perilaku dalam pernyataan tujuan?
3.    Kriteria dan kriteria dalam pernyataan tujuan?


___

___
___
___


___

___
___
___


___

___
___
___

C.  Kondisi Tujuan Performansi   Kondisi Dilakukan / Akan:
1. Menentukan isyarat atau stimulus yang diberikan kepada peserta didik?
2. Menentukan bahan materi / peralatan yang diperlukan?
3. Mengontrol kompleksitas tugas untuk keperluan peserta didik?
4. Membantu transfer ke konteks performansi (otentik)?

___

___


___

___

___


___

___

___


___
D. Perilaku Tujuan Performansi   Apakah perilaku:
1. Sama dengan perilaku pada langkah jangkar dari analisis tujuan instruksional?
2.  Perilaku yang sebenarnya bukan penjelasan tentang bagaimana peserta didik akan merespon (misalnya, "mengklasifikasikan" daripada "lingkaran")?
3. Jelas dan dapat diamati daripada samar?

___
___
___
E. Isi Tujuan Performansi   Apakah isi sama dengan langkah jangkah pada analisis tujuan instruksional?
1.

___

___
___
___
___


___

___
___
___
___


___

___
___
___
___

F. Kriteria Tujuan Performansi   Kriteria apakah/dilakukan:
1. Termasuk hanya bila diperlukan untuk menilai tugas yang kompleks?
2. Termasuk atribut fisik atau bentuk?
3. Termasuk tujuan / atribut fungsi?
4. Termasuk atribut estetika?
5. Termasuk atribut relevan lainnya (misalnya, penerimaan
sosial, kesehatan, lingkungan, ekonomi, penghematan)?


___

___

___

___

___

___

___

___

___
G. Keseluruhan Tujuan Performansi   Apakah tujuan performansi:
1. Jelas (Anda / orang lain dapat membangun suatu penilaian terhadap
tes peserta didik)?
2. Layak dalam pembelajaran dan konteks performansi (waktu, sumber daya, dll)?
3. Bermakna dalam kaitannya dengan tujuan dan tujuan instruksi (tidak signifikan)?


___


___

___

H. Lain-lain
1.
Daftar kelengkapan dari performansi menjadi dasar untuk tahap berikutnya dari proses desain, pengembangan kriteria item tes dirujuk untuk setiap tujuan.
BAB III
PENUTUP

A.      RANGKUMAN
Sebelum memulai merumuskan tujuan performansi, perlu dilakukan analisis instruksional terlebih dahulu. Selain itu, perlu dilakukan pula analisis peserta didik dan konteksnya. Dengan hasil analisis ini, merupakan dasar dalam merumuskan tujuan performansi untuk tujuan, semua langkah dan sub langkah dalam tujuan dan keterampilan bawahan.
Untuk membuat masing-masing tujuan, Anda harus memulai dengan perilaku yang dijelaskan dalam laporan keterampilan. Anda akan perlu menambahkan kondisi dan kriteria setiap keterampilan untuk mengubahnya menjadi tujuan performansi. Dalam memilih kondisi yang sesuai, Anda harus mempertimbangkan (1) rangsangan dan isyarat yang sesuai untuk membantu ingatan peserta didik dalam mendapatkan informasi terkait, (2) karakteristik yang sesuai untuk materi sumber belajar yang diperlukan, (3) kesesuaian tingkat kompleksitas tugas untuk target populasi, dan (4) keterkaitan atau keaslian dari konteks di mana keterampilan akan dilakukan. Untuk tujuan sikap, Anda perlu mempertimbangkan keadaan di mana peserta didik bebas untuk membuat pilihan tanpa pembalasan.
Tugas terakhir ini adalah untuk menentukan ukuran atau kriteria sesuai dengan kondisi dan perilaku dijelaskan dan sesuai dengan tingkat perkembangan kelompok sasaran. Bila hanya ada satu kemungkinan jawaban yang tepat, banyak desainer menghilangkan kriteria seperti yang terkandung dengan jelas, sedangkan desainer lainnya memilih untuk memasukkan istilah dengan benar. Ketika respon peserta didik dapat bervariasi, mereka bisa untuk pekerjaan pada keseluruhan empat domain, kriteria yang menggambarkan karakter dari respon yang diterima harus ditambahkan. Mendapatkan kriteria untuk keterampilan dan sikap psikomotor biasanya lebih kompleks dalam beberapa perilaku yang dapat diamati umumnya harus terdaftar. Perilaku ini, bagaimanapun, adalah sangat berguna untuk mengembangkan daftar periksa yang diperlukan atau skala penilaian. Dalam menentukan kriteria, desainer harus berhati-hati untuk tidak bergantung pada kriteria tidak tepat seperti 'penilaian pakar ". Ada beberapa kategori kriteria yang desainer dapat pertimbangkan dalam memilih yang paling tepat untuk respon pembelajar yang diberikan, seperti struktur, fungsi, estetika, penerimaan sosial, kesehatan lingkungan, kelayakan ekonomi, dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Dick & Carey, 2005, The Systematic Design of Instruction, United Stated of America.