A.
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari dan setiap aktivitas, manusia selalu terlibat
di dalam pengambilan suatu keputusan, baik keputusan sederhana maupun yang
kompleks. Proses dalam pengambilan keputusan selalu terkait dengan proses
berpikir kritis..
Berpikir kritis merupakan topik utama dan penting dalam pendidikan modern.
Sebagai seorang pendidik, diharapkan tertarik untuk mengajarkan bagaimana
berpikir kritis kepada peserta didiknya. Para pendidik sebaiknya mengajarkan
peserta didiknya “how to think” bukan “how to learn”. Tujuan
khusus mengajar berpikir kritis dalam ilmu pengetahuan atau disiplin ilmu
lainnya adalah untuk meningkatkan keahlian peserta didik dalam berpikir dan
mempersiapkan para peserta didik menjadi lebih berhasil di dunia ini. Oleh
karena itu guru harus memiliki pengetahuan mengenai cara meningkatkan
keterampilan berpikir kritis untuk menunjang proses pengambilan keputusan para
siswa.
Karena pentingnya pembahasan mengenai berpikir kritis dan peranannya
dalam pengambilan keputusan, maka kami akan membahas mengenai berpikir kritis,
indikator berpikir kritis, membangun pemikiran kritis, pengambilan keputusan,
fase pengambilan keputusan serta peranan berpikir kritis dalam pengambilan
keputusan dalam makalah ini.
B.
BERPIKIR KRITIS
1.
Pengertian Berpikir Kritis
Salah
satu sasaran utama bersekolah yaitu meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir
kritis. Berpikir kritis tidaklah mudah seperti halnya menghafal karena berpikir
kritis kita harus menggabungkan kata-kata yang berhubungan dengan masalah yang
dihadapi.
John
Dewey, filsuf, psikolog, dan edukator berkebangsaan Amerika, secara luas
dipandang sebagai ‘bapak’ tradisi berpikir kritis modern. Ia menamakan
‘berpikir reflektif’ dan mendefinisikannya sebagai:
Pertimbangan
yang aktif, persistent (terus menerus), dan teliti mengenai sebuah keyakinan
atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja dipandang dari sudut-sudut
alasan-alasan yang mendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang menjadi
kecenderungannya (Dewey,1909:9)
Edward
Glaser (1941:5) mengembangkan gagasan Dewey dan mendefinisikan berpikir kritis
sebagai:
(1) suatu sikap yang mau berpikir
secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan
pengalaman seseorang; (2) pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran
yang logis; dan (3) semacam suatu keterampilan untuk menerapkan metode-metode
tersebut. Berpikir kritis merupakan upaya keras untuk memeriksa setiap
keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan
kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya.
Paul,
Fisher dan Nosich (1993:4) memberikan definisi berpikir kritis yang kelihatan
agak berbeda dengan definisi-definisi yang diberikan di atas. Definisi itu
adalah sebagai berikut:
Berpikir kritis
adalah mode berpikir-mengenai hal, substansi atau masalah apa saja-dimana si
pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara terampil
struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan standar-standar intelektual
padanya. (Fisher,2007:4)
Berdasarkan beberapa pendapat di
atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis adalah proses yang harus
dilakukan seseorang untuk mencapai hasil atau keputusan yang tepat dan
bijaksana dengan cara melaksanakan proses menggali, mengenali, dan menilai
segala hal yang terkait seperti, nilai-nilai, fakta dan informasi, pengetahuan
yang dimiliki dan dibutuhkan untuk menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil
keputusan.
Facion
(dalam Istanto, 2012) mengungkapkan enam kemampuan berpikir kritis utama yang terlibat di dalam proses berpikir
kritis, yaitu:
1.
Interpretasi : kategorisasi, dekode, mengklarifikasi makna
2.
Analisis
: memeriksa gagasan, mengidentifikasi argumen
3.
Evaluasi : menilai pernyataan, menilai argumen
4.
Inferensi : mempertanyakan pernyataan, memikirkan alternatif, menarik
kesimpulan, memecahkan masalah, membuat keputusan
5.
Penjelasan : menyatakan masalah, menyatakan hasil, mengemukakan
kebenaran prosedur, mengemukakan argumen
6.
Regulasi diri : meneliti diri, mengoreksi diri
2.
Indikator Berpikir Kritis
Menurut Ennis dalam Muhfahroyin (2009: 1) ada 12 indikator kemampuaan
berpikir kritis yang dikelompokkan menjadi 5 aspek kemampuan berpikir kritis,
yaitu:
a.
Memberikan penjelasan
secara sederhana (meliputi: memfokuskan pertanyaan, menganalisis pertanyaan,
bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan).
b.
Membangun
keterampilan dasar (meliputi: mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya
atau tidak, mengamati dan mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi).
c.
Menyimpulkan
(meliputi: mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi, menginduksi dan
mempertimbangkan hasil induksi, membuat dan menentukan nilai pertimbangan).
d.
Memberikan
penjelasan lanjut (meliputi: mendefinisikan istilah dan pertimbangan definisi
dalam tiga dimensi, mengidentifikasi asumsi).
e.
Mengatur
strategi dan taktik (meliputi: menentukan tindakan, berinteraksi dengan orang
lain).
Menurut Orlich Donald C. dkk (1998) terdapat beberapa unsur pemikiran
kritis, terdiri dari: (1) mengidentifikasi isu, (2) mengidentifikasi hubungan antara
unsur-unsur, (3) menyusun kesimpulan implikasi, (4) menyimpulkan motif, (5)
menggabungkan unsur-unsur independen untuk menciptakan pola pikir baru
(kreativitas), (6) membuat interpretasi asli (kreativitas).
3.
Membangun Pemikiran Kritis
Berikut merupakan
beberapa cara yang para guru gunakan untuk membangun pemikiran kritis dalam rencana
pembelajaran mereka:
a.
Tanyakan
tidak hanya apa yang terjadi, tetapi juga “bagaimana” dan “mengapa”.
b.
Periksalah
“fakta-fakta” yang dianggap benar untuk menentukan apakah terdapat bukti untuk
mendukungnya.
c.
Berargumen
dengan cara bernalar daripada menggunakan emosi.
d.
Kenalilah
bahwa kadang-kadang terdapat lebih dari satu jawaban atau penjelasan yang
bagus.
e.
Bandingkan
beragam jawaban dari sebuah pertanyaan dan nilailah mana yang benar-benar
merupakan jawaban terbaik.
f. Evaluasi dan lebih baik
menanyakan apa yang dikatatakan orang lain daripada segera menerimanya sebagai
kebenaran.
g.
Ajukan
pertanyaan dan lakukan spekulasi lebih jauh yang telah kita ketahui untuk
menciptakan ide-ide baru dan informasi-informasi baru. (Santrock,2009:11)
C.
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pengambilan keputusan (desicion
making) adalah melakukan penilaian dan menjatuhkan pilihan. Keputusan ini diambil setelah melalui beberapa perhitungan dan pertimbangan alternatif.
Sebelum pilihan dijatuhkan, ada beberapa tahap yang mungkin akan dilalui oleh
pembuat keputusan. Tahapan tersebut bisa saja meliputi identifikasi masalah
utama, menyusun alternatif yang akan dipilih dan sampai pada pengambilan
keputusan yang terbaik.
1. Pengertian Pengambilan Keputusan
Secara umum, pengertian pengambilan keputusan telah
dikemukakan oleh banyak ahli, diantaranya adalah :
a. G. R. Terry : Mengemukakan bahwa pengambilan keputusan adalah sebagai pemilihan
yang didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif yang mungkin.
b. Claude S. Goerge, Jr : Mengatakan proses pengambilan keputusan itu
dikerjakan oleh kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiran
yang termasuk pertimbangan, penilaian dan pemilihan diantara sejumlah
alternatif.
c. P. Siagian : Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis
terhadap suatu masalah, pengumpulan fakta dan data, penelitian yang matang atas
alternatif dan tindakan.
2. Tahap Pengambilan Keputusan
Menurut
Sir Francis Bacon Proses Pengambilan Keputusan terdiri atas 6 tahap, yaitu
sebagai berikut :
1. Merumuskan/mendefinisikan
masalah. Tahap
ini merupakan usaha untuk mencari permasalahan yang sebenarnya.
2. Pengumpulan Informasi yang Relevan. Tahap ini merupakan pencarian faktor-faktor yang mungkin
terjadi sehingga dapat diketahui penyebab timbulnya masalah.
3. Mencari Alternatif Tindakan. Tahap ini merupakan pencarian kemungkinan yang dapat
ditempuh berdasarkan data dan permasalahan yang ada.
4. Analisis Alternatif. Tahap
ini merupakan analisis terhadap setiap alternatif menurut kriteria tertentu
yang sifatnya kualitatif atau kuantitatif.
5. Memilih Alternatif Terbaik. Tahap ini merupakan pemilihan alternatif terbaik yang
dilakukan atas kriteria dan skala prioritas tertentu.
6. Melaksanakan Keputusan dan Evaluasi Hasil. Tahap ini merupakan tahap
pelaksanaan dan pengambilan tindakan. Umumnya tindakan ini dituangkan ke dalam
rencana tindakan. Evaluasi hasil memberikan masukan/umpan balik yang bergunan
untuk memperbaiki suatu keputusan atau mengubah tujuan semula karena telah
terjadi perubahan-perubahan.
D. Berpikir
Kritis dalam Proses Pengambilan Keputusan
Pemikiran kritis dibutuhkan dalam
proses pengambilan keputusan. Jika melihat proses pengambilan keputusan, pemikiran
kritis memiliki beberapa peranan, diantaranya :
a. Membantu dalam mengindentifikasi
masalah yang dihadapi
b. Membantu dalam mengumpulkan
informasi yang relevan
c. Membantu dalam menganalisis
alternatif-alternatif pemecahan masalah untuk menentukan pilihan terbaik
d. Membantu mengevaluasi keputusan yang
sudah diambil. (Istanto,2012)
Menurut Osman (2005) ada beberapa hal yang dapat menghalangi proses
berpikir kritis dalam pengambilan keputusan, antara lain: (1) sulit berubah, mind
set yang kaku, petunjuk praktek secara tradisional, kebiasaan dan
rutinitas; (2) takut membuat kekeliruan; (3) enggan untuk mengambil resiko atau
mencari strategi alternatif; (4) pengambilan keputusan tanpa cukup data atau
tanpa didukung oleh dasar pemikiran rasional; (5) kegagalan menilai efektivitas
dari pengobatan.(Ivone,2010)
E.
Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran
Salah
satu upaya agar siswa menjadi aktif dan kritis dalam pembelajaran adalah dengan
menyelenggarakan pembelajaran yang menekankan pada partisipasi siswa untuk
mampu berpikir kritis. Untuk itu diperlukan pengelolaan pembelajaran yang lebih
melibatkan siswa sehingga mampu dan terlatih berpikir kritis.
Salah
satu model pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa
dalam pembelajaran adalah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Pembelajaran ini
melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi
pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, serta merangsang kemampuan
berpikir tingkat tinggi. Melalui PBM, peserta didik mengkonstruksikan
pengetahuan di benak mereka sendiri sesuai dengan pengalaman belajarnya. Proses
pembelajaran berjalan alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami,
bukan hanya transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Dengan adanya pengaitan
antara materi pelajaran dengan masalah- masalah kehidupan nyata memungkinkan
siswa untuk belajar mandiri. Siswa melakukan pengamatan, mencari informasi,
mengungkapkan gagasan, bertanya, menjawab dan saling berdiskusi dalam proses
pembelajaran.
Dengan demikian, penerapan pembelajaran
ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Selain itu siswa dapat
berlatih mencari jawaban atas suatu masalah dengan cara mencari informasi,
mengolah dan mengambil keputusan.
F.
Daftar Rujukan
Fisher,Alec.2007.Berpikir
Kritis:Sebuah pengantar.Jakarta:Erlangga
Ijul,Zulkifli.2011.Pengertian
Pengambilan Keputusan. Diakses dari http://www.manajemenn.web.id/2011/04/pengertian-pengambilan-keputusan.html
tanggal 10 April 2013
Istanto,Adela.2012.Berpikir
Kritis dan Pengambilan Keputusan. Diakses dari http://www.adelaistanto.blogspot.com tanggal 9 April 2013
Ivone,July.2010. Critical
Thinking, Intelectual Skills, Reasoning And Clinical Reasoning.
Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Maranantha
Muhfahroyin. 2009. Memberdayakan
Kemampuan Berpikir Kritis.Diakses dari http://muhfahroyin.blogspot.com
diakses 9 April 2013
Mustaji.2009.Pengembangan
Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif dalam Pembelajaran. Diakses dari http://pasca.tp.ac.id/site/
pengembangan – kemampuan-berpikir-kritis-dan-kreatif-dalam-pembelajaran tanggal
10 April 2013
Orclich, Donald
C., Harder, Robert J., Callahan, Richard C., & Gibson,Harry W.1998. Teaching
Strategies. Boston New York: Houghton Mifflin Company
Santrock,John
W.2009.Psikologi Pendidikan (Educational Psikologi).Jakarta:Salemba
Empat
Slavin,Robert
E.2006.Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik.Jakarta:Indeks
Tidak ada komentar:
Posting Komentar