BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Yang paling dikenal dari model
desain instruksional adalah penulisan tujuan kinerja atau sering disebut dengan
tujuan perilaku. Sejak penerbitan bukunya tentang tujuan pada tahun 1962,
Robert Mager telah mempengaruhi pendidikan masyarakat secara menyeluruh melalui
penekanan yang diberikan pada keperluan akan adanya pernyataan yang jelas dan
tepat tentang apa yang seharusnya dilakukan/diperbuat siswa ketika mereka
selesai mengikuti pelajaran. Tujuan penulisan tujuan kinerja adalah untuk
menjawab pertanyaan tentang kemampuan apa yang dapat dilakukan pembelajar
ketika mengikuti dan menyelesaikan proses pembelajaran.
Para guru dilatih untuk merumuskan
tujuan perilaku supaya menjadi tanggung jawab dalam pembelajaran mereka. Terdapat dua
kesulitan utama yang muncul ketika proses menentukan tujuan tidak dimasukkan
sebagai komponen integral dari model desain pembelajaran. Pertama tanpa model
yang jelas para instruktur menemui kesulitan untuk menentukan
bagaimana memperoleh tujuan pembelajaran. Meskipun instruktur bisa
menguasai mekanisme penulisan tujuan, tidak ada petunjuk yang dapat dijadikan
pegangan dalam merumuskan tujuan. Akibatnya, banyak guru kembali melibat daftar
isi dalam buku pelajaran untuk mengidentifikasi topik-topik yang akan dipakai
dalam merumuskan tujuan perilaku. Kedua, lebih sebagai kritikan adalah apa yang
akan dilakukan dengan tujuan itu setelah ditulis. Kebanyakan guru hanya
diberitahu bahwa tujuan itu harus disatukan kedalam pengajarannya, dan bahwa
mereka akan menjadi guru yang lebih baik karena mereka sekarang telah mempunyai
tujuan perilaku untuk keperluan pembelajaran. Tujuan ini hanya sebatas tulisan
yang berfungsi sebagai dokumen administrasi bagi guru. Pada
kenyataannya, sebagian besar tujuan ditulis dan kemudian ditempatkan di laci
meja, tidak pernah untuk mempengaruhi proses pembelajaran.
Tujuan pembelajaran sangat penting
untuk desain pembelajaran. Pernyataan tentang apa yang harus dapat dilakukan
siswa setelah selesai mengikuti pembelajaran tertentu akan berguna bukan hanya
bagi perancang, tetapi juga kepada siswa, pengawas, dan administrator. Jika
tujuan pembelajaran disampaikan untuk diketahui para siswa, maka mereka akan
memiliki pedoman jelas bagi apa yang harus dipelajari dan diujikan selama
berlangsunga pengajaran. Kemungkinan sedikit saja siswa yang tidak bisa
mengikuti pelajaran dalam waktu yang lama, dan lebih banyak jumlah yang mungkin
akan menguasai pelajaran bila mereka tahu apa yang seharusnya mereka pelajari.
Memang ada keberatan yang diajukan
orang terhadap penggunaan tujuan perilaku. Sebagian mereka menganggap tujuan
ini tampak remeh dalam beberapa bahan pengajaran. Hanya saja tujuan ini sering
tidak didasarkan pada analisa pengajaran yang seksama, yaitu yang menggambarkan
adanya hubungan tiap perilaku baru dengan perilaku yang telah diperoleh
sebelumnya. Begitu banyak para pendidik mengakui bahwa merumuskan tujuan dalam
beberapa bidang, seperti humaniora lebih sulit disbanding bidang lain. Tetapi
guru dibidang ilmu ini kenyataannya juga menilai perilaku siswa. Pengembangan
tujuan menuntut guru-guru dalam disiplin ilmu ini untuk melakukan pekerjaan
berikut : (l) Menetapkan keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang akan mereka
ajarkan, (2) Menentukan strategi pembelajaran, dan (3) Menetapkan kriteria untuk mengevaluasi
kinerja murid ketika pembelajaran berakhir.
Sementara ada guru yang mungkin
melihat tujuan akan merusak diskusi kelas yang bebas, tujuan itu sebenarnya
dapat digunakan untuk memeriksa relevansi diskusi tersebut. Tujuan juga dapat
meningkatkan kecermatan komunikasi diantara para pengajar yang harus
mengkoordinasi pembelajaran mereka.
B. Rumusan Masalah
Dari latar
belakang di atas, dapat dirumukan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah konsep tujuan performansi/kinerja (Performance
Objective)?
2.
Apa komponen performansi/kinerja (Performance Objective)?
3. Bagaimanakah
proses penulisan tujuan pembelajaran?
4. Bagaimana cara
evaluasi tujuan performansi?
5. Bagaimana
contoh penerapan tujuan performansi pada ketrampilan psikomotorik dan sikap?
C.
Tujuan
Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas,
tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.
Untuk mengetahu konsep tujuan performansi/kinerja (Performance
Objective)?
2.
Untuk mengetahui komponen performansi/kinerja (Performance Objective)
3. Untuk
mengetahui
proses penulisan tujuan pembelajaran.
4. Untuk
mengetahui cara evaluasi tujuan.
5. Untuk
mengetahui contoh
penerapan tujuan performansi pada ketrampilan psikomotorik dan sikap.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tujuan
Performansi/kinerja (Performance Objective)
Konsep yang paling penting terkait
dengan bab ini adalah tujuan kinerja. Tujuan kinerja adalah deskripsi
rinci tentang apa yang akan mampu dikerjakan siswa setelah selesai
mengikuti suatu satuan pengajaran. Pertama, harus ditunjukkan
bahwa ada tiga istilah yang sering digunakan sebagai sinonim
dalam menggambarkan kinerja peserta didik. Mager (1975) mula-mula
menggunakan istilah perilaku tujuan untuk menekankan bahwa itu adalah
pernyataan yang menjelaskan apa yang akan dapat
dilakukan/dikerjakan siswa. Beberapa pendidik sangat keberatan
orientasi ini. Hal lain, mungkin lebih dapat diterima, diajukan untuk menggantikan
kata perilaku ini. Oleh
karena itu Anda akan melihat dalam literatur istilah performance objective
(tujuan kinerja, tujuan performansi, tujuan unjuk kerja) dan instructional
objective (tujuan pengajaran, tujuan pembelajaran). Bila anda
menjumpai istilah ini anda menganggapnya sinonim dari tujuan perilaku. Anda
tidak boleh disesatkan untuk berpikir bahwa tujuan instruksional menggambarkan
apa yang akan dilakukan instruktur. Bukannya itu menggambarkan jenis-jenis
pengetahuan, keterampilan, atau sikap yang harus dipelajari oleh siswa.
Tujuan pembelajaran menjelaskan apa
yang akan mampu dikerjakan siswa jika mereka menyelesaikan bahan-bahan
pelajaran. Ini menggambarkan konteks dunia nyata, di luar situasi belajar,
di mana pelajar akan menggunakan keterampilan dan pengetahuan. Ketika
tujuan pembelajaran diubah menjadi tujuan kinerja, ini disebut
sebagai tujuan akhir (terminal objective).
Tujuan akhir menggambarkan persis apa yang dapat mahasiswa lakukan
ketika ia menyelesaikan suatu unit pengajaran. Konteks untuk melaksanakan
tujuan akhir dibuat dalam situasi belajar, bukan dunia nyata.
Demikian juga, keterampilan yang diperoleh melalui analisis langkah-langkah dalam
tujuan disebut keterampilan bawahan (subordinate
skills). Tujuan yang menggambarkan keterampilan yang membuka jalan untuk
mencapai tujuan akhir disebut sebagai tujuan bawahan (subordinate objectives). Tujuan
bawahan menggambarkan blok bangunan ketrampilan yang harus dikuasai pembelajar
dalam mencapai tujuan akhir. Tujuan kinerja berasal dari keterampilan dalam
analisis pembelajaran. Satu atau lebih tujuan harus ditulis untuk setiap
keterampilan yang diidentifikasi dalam analisis pembelajaran.
Tujuan performansi dapat diperoleh
melalui penganalisisan pembelajaran. Untuk setiap ketrampilan yang harus
dikenali dalam analisis pembelajaran paling sedikit satu tujuan atau lebih
dapat dirumuskan. Ini termasuk tujuan untuk ketrampilan yang dikenal dengan kemampuan
awal (entry skills).
Mengapa harus dirumuskan tujuan
untuk kemampuan awal (entry skills)
kalau tidak termasuk dalam pembelajaran. Alasan yang paling penting mengapa
perlu ada tujuan untuk kemampuan awal ialah bahwa tujuan itu merupakan dasar
dalam menyusun butir-butir soal tes. Butir-butir tes digunakan untuk menentukan
apakah para siswa memang memiliki perilaku awal yang anda perkirakan ada.
Karena itu harus dibuat butir-butir soal tes untuk mengukur adanya ketrampilan
yang disebutkan dalam tujuan performance (tujuan kinerja) untuk kemampuan awal. Disamping itu bagi
perancang tujuan ini berguna seandainya ditentukan bahwa siswa tidak memiliki kemampuan
awal, dan menjadi perlu disusun pembelajaran untuk tingkah laku yang belum
dimiliki.
B.
Fungsi
dari Tujuan
Tujuan mencakup berbagai keperluan,
bukan hanya sebagai pernyataan item tes dan tugas berasal. Tujuan memiliki
fungsi yang sangat berbeda untuk desainer, instruktur, dan peserta didik, dan
penting untuk menjaga perbedaan ini dalam pikiran. Untuk desainer, tujuan
merupakan bagian integral dari proses desain, artinya keterampilan dalam
analisis instruksional dijabarkan ke dalam deskripsi lengkap tentang apa siswa
dapat lakukan setelah menyelesaikan instruksi. Tujuan berfungsi sebagai
dokumentasi input bagi para desainer atau ahli konstruksi tes saat mereka
mempersiapkan tes dan strategi pembelajaran. Hal yang penting bagi desainer untuk
memiliki sedetail mungkin untuk kegiatan ini.
Setelah
instruksi telah disiapkan untuk penggunaan pada umumnya, inisiatif-inisiatif
keadan digunakan untuk berkomunikasi dengan baik antara instruktur dan peserta
didik tentang apa yang dapat dipelajari dari bahan tersebut. Untuk mencapai hal ini,
kadang-kadang diinginkan untuk baik memperpendek atau reword tujuan untuk mengekspresikan
ide-ide yang jelas bagi peserta didik berdasarkan pengetahuan mereka tentang
konten. Desainer harus menyadari pergeseran dalam penggunaan tujuan dan
mencerminkan perbedaan ini dalam bahan yang mereka buat.
Pertimbangkan bagaimana daftar lengkap tujuan dibuat selama
proses desain dapat dimodifikasi untuk dimasukkan dalam bahan Intruksional.
Bagaimana tujuan-tujuan dimodifikasi berbeda dari yang digunakan oleh desainer?
Pertama, beberapa tujuan untuk
keterampilan bawahan (subordinate skills)
yang digunakan selama pengembangan bahan disertakan. Umumnya hanya tujuan utama
disediakan dalam silabus, buku teks instruksi, atau halaman web utama. Kedua,
kata-kata tujuan muncul dalam bahan tersebut diubah. Kondisi dan kriteria
sering dihilangkan untuk memfokuskan perhatian peserta didik pada keterampilan
khusus yang harus dipelajari, sehingga komunikasi yang lebih baik pada
informasi ini. Akhirnya, siswa lebih mungkin untuk menghadiri tiga sampai lima
tujuan utama daripada daftar panjang tujuan bawahan.
Tabel 6.1 Derivation
of performance Objectives
Tabel Turunan Tujuan Kinerja
|
||
Langkah dalam Proses ID
|
Hasil Step
|
Nama Ketika sebagai Tujuan
|
Identifikasi Sasaran (chapter2)
|
Tujuan Instruksional
atau Tujuan
|
Tujuan Akhir (Terminal
objectives)
|
Analisis Tujuan (Chapter3)
|
Langkah
utama dan / atau Cluster Informasi Wajib Kuasai Goal
|
Tujuan
Bawahan (subordinate objectives)
|
Subordinasi Analisis Keterampilan (Chapter4)
|
Subskills
|
Tujuan Bawahan (subordinate skills)
|
Subordinasi Analisis keterampilan (Chapter4)
|
entri skills
|
Tujuan
Bawahan (subordinate skills)
|
C.
Komponen Tujuan.
Jika sudah ada tujuan-tujuan bagi
pembelajaran, ketrampilan bawahan dan perilaku awal, bagaimana merumuskan
tujuan itu? Karya Mager menjadi pedoman bagi penyusunan tujuan
pembelajaran. Modelnya untuk menyusun tujuan adalah pernyataan yang mengandung
tiga komponen utama. Komponen pertama dari tujuan menggambarkan keterampilan
atau tingkah laku yang diidentifikasi dalam analisis pembelajaran, Tujuan harus
menguraikan apa yang dapat / mampu dikerjakan atau diperbuat pelajar.
Komponen kedua
dari tujuan menggambarkan kondisi pelajar atau keadaan yang pada
waktu pelajar melaksanakan tugas. Apakah pelajar akan diberikan tes tertulis? Apakah
dibenarkan menggunakan kamus? Apakah mereka akan diberikan sebuah paragraf
untuk dikupas. Ini semua adalah pernyataan tentang kondisi siswa dalam
melakukan ketrampilan yang dikehendaki.
Komponen ketiga dari tujuan menggambarkan
kriteria yang akan digunakan untuk mengevaluasi kinerja/perbuatan peserta didik.
Kriteria sering dinyatakan dalam batas-batas, atau rentangan, jawaban atau
respon yang akan diterima. Kriteria menjawab pertanyaan
siswa “Apakah jawaban saya harus betul mutlak ?” Kriteria
menunjukkan berapa batas yang dapat ditenggang bagi respon atau jawaban siswa.
Komponen dari Tujuan Kinerja
|
||
Komponen dari Tujuan Kinerja
|
Deskripsi Komponen
|
Contoh Komponen
|
Kondisi (CN)
|
Penjelasan mengenai alat
dan sumber daya yang akan tersedia untuk pelajar saat melakukan keterampilan
|
|
Perilaku
(B)
|
Sebuah penjelasan dari
keterampilan yang akan mencakup tindakan, konten dan konsep.
|
|
Kriteria (C)
|
Penjelasan performansi/
Kinerja dari keterampilan yang dapat diterima
|
|
1.
Derivation of Behaviours (Perilaku).
Dalam penyusunan tujuan diperlukan kata kerja operasional
yang terukur dari masing-masing ranah. Kadang-kadang kita menemukan bahwa
pernyataan tujuan terlalu samar, dalam hal ini, perancang harus hati-hati
mempertimbangkan kata kerja yang dapat digunakan untuk menggambarkan perilaku.
Penulisan tujuan harus mampu mengungkapkan jenis perilaku yang dirumuskan
melalui proses identifikasi dalam analisis pembelajaran.
Keterampilan intelektual dapat dijelaskan dengan kata kerja
seperti sebagai mengidentifikasi, mengklasifikasi, menunjukkan, atau
menghasilkan. Kata kerja ini, seperti yang dijelaskan oleh Gagne, Wager, Golas,
dan Keller (2004), mengacu pada kegiatan khusus seperti sebagai pengelompokan
objek serupa, membedakan satu hal dari yang lain, atau memecahkan masalah.
Gagne tidak menggunakan kata kerja tahu, mengerti, atau menghargai karena
kata akerja ini terlalu samar dan sulit diukur. Ketika kata-kata ini digunakan
pada tujuan, tahu biasanya mengacu pada informasi lisan,
keterampilan intelektual memahami, dan menghargai sikap. Kata kerja ini
samar-samar harus diganti dengan performa kata kerja yang lebih spesifik.
Tujuan yang berhubungan dengan keterampilan psikomotorik
biasanya dinyatakan dalam suatu perilaku (misalnya, berlari, melompat, atau
mengemudi).
Ketika tujuan melibatkan sikap, biasanya diharapkan untuk
memilih alternatif tertentu atau rangkaian alternatif. Di sisi lain, hal itu
mungkin melibatkan pelajar membuat pilihan dari di antara berbagai kegiatan.
2.
Derivations
of conditions (Kondisi)
Kondisi merujuk suatu keadaan dan sumber daya yang
akan tersedia bagi pelajar dalam mencapai tujuan. Dalam memilih kondisi yang
sesuai perlu mempertimbangkan perubahan perilaku yang akan dicapai dan
karakteristik sasaran. Kita harus membedakan factor-faktor yang mempengaruhi
kondisi. Faktor-faktor ini meliputi:
a.
Apakah sebuah
isyarat akan disediakan pada pembelajar dalam mendapatkan informasi (stimulus),
b.
Karakteristik
dari setiap bahan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas,
c.
Ruang
lingkup dan kompleksitas tugas,
d.
Relevan atau
kesesuaian kinerja dengan dunia nyata.
Pertama, pertimbangkan isyarat atau stimulus yang
disediakan bagi pelajar adalah pertimbangan yang sangat penting untuk menguji
informasi lisan. Misalnya, apabila kita ingin memastikan bahwa peserta didik
dapat menghubungkan konsep tertentu dengan definisi? Ada beberapa kondisi yang
dapat digunakan untuk menggambarkan rangsangan pembelajar akan membantu mereka
mengingat informasi lisan. Perhatikan daftar rangsangan berikut (kondisi) dan
perilaku, masing-masing yang dapat memungkinkan pembelajar untuk menunjukkan
bahwa mereka tahu atau dapat mengasosiasikan konsep dengan definisi.
Kedua, Karakteristik dari sumber-sumber daya yang
diperlukan untuk melakukan tugas tertentu. Sumber daya seperti
bahan-bahan tersebut adalah: (1) ilustrasi seperti tabel, diagram, atau grafik;
(2) bahan-bahan tertulis seperti laporan, cerita, atau artikel surat kabar, (3)
benda-benda fisik seperti batuan, daun, slide, mesin , atau alat; dan (4) bahan
referensi seperti kamus, manual, database, buku, atau web.
Ketiga, ruang lingkup dan kompleksitas tugas
untuk melakukan perubahan sesuai dengan kemampuan dan pengalaman dari populasi
target.
Keempat adalah membantu transfer pengetahuan dan
keterampilan dari instruksional pengaturan ke pengaturan kinerja. Dalam
menentukan kondisi-kondisi ini yang harus dipertimbangan adalah sifat
rangsangan materi, dan karakteristik target populasi.
3. Derivations of criteria (Kriteria)
Bagian akhir dari tujuan adalah kriteria dalam
menentukan keterampilan kinerja yang dapat diterima. Dalam menetapkan kriteria
yang logis, harus mempertimbangkan tugas yang harus dilakukan. Beberapa
keterampilan intelektual dan tugas informasi lisan hanya memiliki satu jawaban
yang akan dianggap benar. Dalam hal ini, kriteria adalah bahwa peserta didik dapat
menghasilkan respon yang tepat. Beberapa desainer menambahkan kata dengan benar
untuk criteria ini.
D.
Proses
Penulisan Tujuan
Dalam rangka menentukan tujuan
pembelajaran yang sesuai dengan analisis konteks, para desainer seharusnya
mereview kembali pernyataan tujuan sebelum menetapkan tujuan. Apakah itu
termasuk deskripsi tentang konteks utama di mana tujuan akan digunakan? Jika
tidak, langkah pertama harus mengedit tujuan agar mencerminkan konteks itu.
Langkah kedua adalah untuk menulis
tujuan akhir. Pernyataan tujuan menggambarkan konteks dimana pelajar pada
akhirnya akan menggunakan keterampilan baru sementara tujuan akhir
menggambarkan kondisi obyektif untuk melaksanakan tujuan pada akhir
pembelajaran.
Setelah tujuan akhir ditetapkan,
perancang menulis keterampilan dan kemampuan bawahan yang disertakan dalam
analisis pembelajaran.
Langkah berikutnya adalah menuliskan
tujuan untuk keterampilan bawahan di bagan analisis instruksional.
Secara singkat langkah-langkah dalam tujuan penulisan
adalah sebagai berikut:
1.
Edit tujuan
untuk merefleksikan konteks kinerja.
2.
tulis tujuan
akhir untuk mencerminkan konteks lingkungan belajar.
3.
Tulis
tujuan untuk setiap langkah dalam analisis tujuan yang tidak ada substeps yang
ditampilkan.
4.
Menulis
suatu tujuan untuk setiap pengelompokan substeps di bawah langkah utama dari
analisis tujuan, atau menulis substep tujuan untuk masing-masing.
5.
Menulis
tujuan untuk semua keterampilan bawahan.
6.
Menulis
tujuan perilaku awal jika terdapat siswa yang tidak memiliki kompetensi
yang tercakup dalam perilaku awal.
E. Evaluasi
Tujuan
Cara yang baik untuk mengevaluasi
kelayakan kejelasan dan tujuan yang telah ditulis adalah untuk membangun sebuah
item tes yang akan digunakan untuk mengukur pencapaian tugas peserta didik.
Jika tujuan tidak dapat menghasilkan barang logis sendiri, maka tujuan harus
dipertimbangkan kembali.
Cara lain untuk mengevaluasi
kejelasan tujuan adalah dengan meminta seorang rekan untuk membuat tes item
yang sama dan sesuai dengan perilaku dan kondisi yang ditentukan. Jika item
tidak dibuat sangat mirip dengan salah satu , maka tujuan tidak cukup jelas
untuk berkomunikasi.
Anda juga harus mengevaluasi
kriteria yang telah Anda tetapkan dalam tujuan. Hal ini dapat dilakukan dengan
menggunakan kriteria untuk mengevaluasi contoh-contoh kinerja yang ada dan
diinginkan atau direspons.
Sementara tujuan menulis, perancang
harus sadar bahwa pernyataan-pernyataan ini adalah kriteria yang akan digunakan
untuk mengembangkan penilaian untuk pengajaran. Perancang mungkin lagi
memeriksa kejelasan dan kelayakan tujuan dengan pertanyaan, "Bisakah aku
desain item atau tugas yang menunjukkan apakah seorang pelajar dapat berhasil
melakukan apa yang digambarkan dalam tujuan?" Jika sulit membayangkan
bagaimana hal ini dapat dilakukan dalam fasilitas yang ada dan lingkungan, maka
tujuan harus dipertimbangkan kembali.
Saran lain yang dapat membantu
adalah anda hendaknya tidak segan menggunakan dua atau bahkan tiga kalimat
untuk mendeskripsikan tujuan secara memadai. Tidak ada ketentuan yang membatasi
tujuan hanya satu kalimat saja.
Tujuan hanya satu komponen dalam
keseluruhan proses desain pembelajaran, dan hanya ketika mereka memberikan
kontribusi untuk proses itu mereka mengambil makna. Saran terbaik pada saat ini
adalah menulis tujuan dengan cara yang bermakna dan kemudian beralih ke langkah
berikutnya dalam proses desain pembelajaran.
F.
Contoh Tujuan Performansi untuk Keterampilan Psikomotorik dan Sikap
Bagian ini berisi contoh-contoh
tujuan kinerja keterampilan psikomotorik dan sikap. Untuk membantu analisis
Anda setiap contoh, kondisi tersebut disoroti menggunakan huruf CN, perilaku
diidentifikasi dengan B, dan kriteria ditunjukkan dengan menggunakan huruf CR.
1.
Psikomotorik
Tabel 6. 1
Contoh Keterampilan psikomotorik dan
Pencocokan Tujuan Kinerja
Langkah
|
Tujuan perilaku
|
2,1Tentukan bagaimana
mengoperasikan dongkrak.
|
2,1 tempatkan dongkrak dan atur
posisinya (yang tidak ditempatkan di bawah mobil) (CN), mengoperasikan
dongkrak (B) Pasang pengaman, pompa
pegangan hingga dongkrak naik, lepaskan alat pengaman, dan menurunkan
dongkrak ke posisi tertutup (CR).
|
2.2 Identifikasi dimana meletakkan
dongkrak pada sebauh mobil.
|
2.2 Beri alat yang digunakan untuk
mengoperasikan dongkrak dan sebuah mobil akan diangkat yang bertengger di
pinggiran jalan (CN), mempersiapkan untuk menempelkan dongkrak (B). Pindah
mobil pada posisi yang datar, lokasi stabil; menemukan tempat terbaik pada
frame mobil dekat dengan roda yang akan dilepas, kemudian tempatkan dongkrak
posisi tepat di bawah bingkai posisi (CR).
|
2,3 tempatkan dongkrak pada mobil.
|
2,3 Diberi gunting dongkrak
ditempatkan tepat di bawah bingkai pada tempat yang tepat (CN), pasang
menangani dan meningkatkan dongkrak (B). Dongkrak tepat di bawah bingkai pada
tempat yang tepat dan mengangkat mobil hanya untuk memenuhi bingkai. Kontak
antara dongkrak dan mobil dievaluasi untuk keseimbangan dan disesuaikan jika
diperlukan. mobil tidak dicabut dan kacang lug tidak mengendurkan (CR).
|
2,4 blok di belakang dan sebelum
roda yang tetap di atas tanah. |
2,4Tanpa diberi blok dan tanpa
diminta untuk mencari sesuai blok (CN), cari tempat blok dan roda belakang
tetap di atas tanah (B). Cari cukup bata ukuran blok dari komposisi yang kuat
dan tempat satu sebelum dan di belakang setiap roda yang jauh dari dongkrak
(CR).
|
Tujuan: mengganti ban mobil.
|
T.O
Mengingat sebuah mobil sering mengalami kempes ban, maka semua alat-alat yang diperlukan untuk mengganti ban tempatkan dalam posisi normal di bagasi, dan ban serep yang melambung biasanya diamankan di roda dengan baik (CN), mengganti ban kempes dengan ban cadangan (B). Setiap langkah dalam prosedur akan dilakukan secara berurutan dan sesuai dengan kriteria yang ditentukan untuk setiap langkah (CR). |
2. Sikap
Mengembangkan tujuan untuk
perolehan sikap juga dapat
menjadi rumit dalam hal kondisi, perilaku, dan kriteria. Contoh-contoh yang tercantum dalam Tabel
6.4 diambil dari tujuan
sikap tentang keselamatan hotel yang termasuk dalam Gambar 4.7 dan mereka memberikan sebaik
ilustrasi dari
masalah yang desainer temui.
Hal pertama yang harus Anda perhatikan tentang kondisi dalam tujuan ini adalah bahwa hal
ini akan sangat sulit untuk diterapkan, karena beberapa alasan. Hak-hak dan privasi
individu adalah dua masalah, dan mendapatkan akses ke kamar untuk mengetahui apakah pintu terkunci,
perhiasan dan uang yang
disingkirkan adalah hal lain.
Dalam kasus seperti
ini desainer
pasti akan membutuhkan kompromi. Kompromi terbaik mungkin adalah memastikan bahwa orang tahu apa yang
harus dipilih untuk memaksimalkan keselamatan pribadi mereka ketika di sebuah hotel.
Tes tujuan tentang informasi
verbal terkait atau tes skenario berbasis masalah mungkin adalah
hal terbaik yang desainer dapat dilakukan.
Tabel
Contoh Sikap dan Pencocokan Tujuan Performansi
Sikap
|
Pencocokan
Tujuan Performansi
|
1. Pilih
keselamatan maksimum dari kebakaran pada saat check-in di sebuah hotel.
|
1.1 Tanpa menyadari bahwa mereka sedang diamati
selama hotel check-in (CN). pelancong selalu (CR): (l) meminta
kamar di lantai yang lebih rendah, dan (2) menanyakan tentang keselamatan di dalam dan di dekat dengan kamar yang diberikan, seperti alarm asap, alat pemadam, dan tangga (B). |
2. Pilih keselamatan maksimum dari gangguan pada
saat check-in di sebuah hotel.
|
2.1 Tidak menyadari mereka sedang diamati saat
mereka mempersiapkan diri meninggalkan kamar hotel untuk sementara waktu
(CN), pelancong selalu (CR): (1) meninggalkan radio, televisi dan lampu yang
menyala, dan (2) mereka memeriksa untuk memastikan pintu terkunci dengan aman
seperti menutup di belakang (B).
2.2 Tanpa menyadari bahwa mereka sedang diamati pada
saat masuk kembali ke kamar hotel (CN), pelancong selalu (CR) memeriksa untuk
melihat bahwa ruangan tetap seperti sebelum mereka meninggalkan ruangan dan
bahwa tidak ada seorang pun di dalam ruangan. Mereka juga mengunci pintu dan
merantai (B) di sepanjang waktu (CR).
|
3. Pilih tempat untuk memaksimumkan keselamatan
barang-barang berharga pada saat
tinggal di kamar hotel. |
3.1 Tanpa menyadari bahwa mereka sedang diamati
selama check-in (CN), pelancong selalu (CR) menanyakan tentang kunci kotak
dan asuransi untuk barang-barang berharga. Mereka selalu (CR) meletakkan
dokumen berharga, uang tambahan, dan unworn perhiasan dalam kotak terkunci
yang aman (B).
3,2 Tanpa menyadari bahwa mereka sedang diamati saat meninggalkan ruangan untuk sementara waktu (CN), pelancong tidak pernah (CR) meninggalkan perhiasan atau uang tergeletak tentang di hotel furniture (B). |
Pertimbangkan contoh
sikap lain yang lebih
dikelola. Ingat kembali sopan, teller bank ramah
dalam Bab 2. Tujuan
sikap dan sasaran yang termasuk dalam Tabel 6.5 untuk sikap teller
tampaknya diamati dan diukur. Contoh tertentu ini
akan memungkinkan kita untuk mengilustrasikan beberapa poin penting.
Pertama, kondisi yang
sama persis untuk semua dari
empat perilaku yang dipilih, dengan demikian, mereka ditulis sekali
sebelum perilaku untuk
menghindari kelebihan. Ingat bahwa pengukuran sikap mengharuskan
bahwa teller tahu bagaimana bertindak saat menyapa pelanggan dan
mengapa mereka harus bertindak dengan
cara ini. Mereka juga harus
percaya bahwa mereka bebas untuk
bertindak dengan cara yang mereka pilih, yang berarti bahwa mereka tidak dapat mengetahui bahwa mereka sedang
diamati. Kondisi lain adalah bahwa mereka memilih untuk menjadi sopan bahkan ketika mereka sangat sibuk. Desainer bisa menyimpulkan bahwa teller yang memilih untuk menyapa pelanggan dengan cara yang ramah
kondisi ini memiliki sikap yang diinginkan.
Kedua, kriteria untuk performansi yang dapat diterima,
juga sama untuk semua empat tujuan. Kriteria ini karena
mendahului daftar perilaku untuk menghindari kelebihan.
Akhirnya, perilaku yang diharapkan tercantum secara
terpisah di bawah kondisi dan kriteria. Ini singkat
perilaku dapat diperluas
untuk mencakup perilaku-perilaku yang
tidak pernah teller (CR) menunjukkan saat
menyapa pelanggan (misalnya, menunggu pelanggan untuk berbicara pertama dan gagal melihat atau mengenali pelanggan sampai siap).
Dengan tujuan ini supervisor bisa
mengembangkan Daftar Periksa penghitungan frekuensi masing-masing
perilaku yang terjadi. Dari penghitungan tersebut,
supervisor bisa menyimpulkan apakah teller memiliki
sikap yang ditentukan.
Tabel
Pengelolaan Sikap dan Pencocokan Tujuan Performansi
Langkah
|
Pencocokan
Tujuan Perilaku
|
Teller akan memilih untuk memperlakukan pelanggan
dalam cara yang ramah, sopan
|
Tanpa menyadari mereka sedang diamati selama
transaksi dengan pelanggan pada hari yang sibuk (CN), teller akan selalu
(CR):
1. Melakukan transaksi dengan pelanggan dengan: (a)
tersenyum, (b) memulai ucapan lisan, (c) mengatakan sesuatu untuk membuat
munculnya layanan personalisasi, (d) secara lisan memaafkan diri jika mereka
harus menyelesaikan transaksi sebelumnya, dan (e) bertanya bagaimana mereka
bisa melayani (B).
2. Melakukan transaksi pelanggan dengan: (a) mendengarkan dengan penuh perhatian terhadap penjelasan pelanggan, (b) meminta klarifikasi informasi yang diperlukan, (c) menyediakan formulir tambahan yang diperlukan, (d) menyelesaikan atau mengubah bentuk-bentuk yang diperlukan, (e) menjelaskan setiap perubahan yang dibuat kepada pelanggan, dan (f) menjelaskan semua bahan yang dikembalikan ke pelanggan (B).
3. Menyimpulkan setiap transaksi dengan (a) bertanya
tentang layanan lain yang diperlukan, (b) secara lisan berkata, "Terima
kasih," (c) menanggapi komentar pelanggan, dan (d) mengakhiri harapan
secara lisan (misalnya, "selamat menikmati hari yang indah"
"Cepat kembali," atau "Sampai jumpa segera").
|
G.
Studi Kasus: Pelatihan Kepemimpinan Kelompok
Kami mengambil studi
kasus lagi dengan contoh tujuan untuk informasi
verbal dan keterampilan intelektual.
Hanya tujuan
terpilih yang disertakan di sini, tetapi sebuah proses ID yang lengkap akan meliputi satu atau lebih tujuan untuk masing-masing
sub keterampilan diidentifikasi dalam
analisis instruksional.
Kondisi yang kembali
disorot menggunakan huruf CN, perilaku diidentifikasi
dengan B, dan
kriteria ditunjukkan menggunakan
huruf CR. Seperti sebelumnya,
Anda biasanya tidak akan menyertakan
huruf-huruf tersebut pada tujuan Anda
sendiri. Sebuah diskusi singkat mengikuti
setiap rangkaian contoh untuk menunjukkan fitur penting dari tujuan.
1. Informasi
Verbal dan Keterampilan Intelektual
Tabel 6.6 meliputi tujuan instruksional
dan tujuan terminal
untuk performansi dan konteks
instruksional. Keterampilan intelektual pada Tabel 6.6
dan 6.7 dan tugas
informasi verbal dalam Tabel
6.7 diambil dari Gambar 4.8
(hal.81), yang menggambarkan analisis instruksional untuk tujuan
instruksional "diskusi kelompok kepemimpinan bertujuan untuk memecahkan masalah." Tabel 6.7
berisi tujuan untuk sampel keterampilan intelektual bawahan dan tugas informasi
verbal yang digambarkan dalam Gambar 4.8.
Tabel 6.6. Contoh Tujuan Instruksional
dengan Performansi Konteks dan Terminal Tujuan dengan
konteks Pembelajaran untuk Tujuan:
Pemimpin Kelompok Diskusi Ditujukan untuk Menyelesaikan Masalah
Tujuan Instruksional
|
Tujuan Instruksional dengan
Penambahan Performansi Konteks
|
Pemimpin kelompok diskusi ditujukan untuk menyelesaikan
masalah
|
Selama aktual Neighborhood Crime
Watch (NCW) pertemuan diadakan di situs lingkungan yang
ditunjuk (misalnya, anggota keluarga, lingkungan sosial /
fasilitas rapat) (CN) berhasil memimpin diskusi kelompok bertujuan untuk memecahkan
masalah kejahatan yang ada saat
ini di lingkungan (B). Anggota kooperatif akan
digunakan untuk menilai pencapaian
tujuan ini (CR).
|
|
Tujuan Terminal dengan
Penambahan Konteks Pembelajaran
|
|
Selama simulasi Neighborhood Crime Watch (NCW) pertemuan
yang dihadiri oleh pelatih kepemimpinan
NCW baru dan
diadakan di sebuah fasilitas pelatihan
pemerintah negara (CN). Dengan sukses memimpin diskusi kelompok yang bertujuan untuk
memecahkan masalah yang
diberikan (B). Anggota kooperatif akan digunakan untuk menilai pencapaian tujuan
ini (CR).
|
Tabel 6.7. Contoh Tujuan Performansi Untuk Informasi
Verbal and Tugas Keterampilan Intelektual Untuk Tujuan Instruksional “Memimpin
Kelompok Diskusi yang Ditujukan Untuk Menyelesaikan Masalah”
Langkah Pertama Pada Tujuan Instruksional
|
Tujuan Performansi Untuk Langkah Utama
|
6. Mengelola interaksi kelompok kooperatif
|
6.1
Selama simulasi
Neighborhood Crime Watch (NCW) pertemuan yang dihadiri oleh pelatih kepemimpinan NCW baru dan diadakan
di sebuah fasilitas pelatihan
pemerintah negara (CN), kelola
interaksi kelompok kooperatif (B). Anggota diskusi harus
berpartisipasi secara bebas, sukarelawan
ide, bekerja sama penuh dengan pemimpin dan anggota lain (CR).
|
Keterampilan bawahan
|
Contoh Tujuan Bawahan Untuk Langkah
Utama
|
6.1. Namai
tindakan anggota yang memberikan interaksi kooperatif
6.2. Klasifikasikan tindakan anggota sebagai perilaku
kooperatif
6.3. Namai
strategi untuk mendorong kerjasama anggota
6.4. Klasifikasikan strategi untuk mendorong kerjasama
6.5.
Munculkan perilaku kooperatif anggota
|
6.1.1. Ketika diminta baik
secara lisan maupun tulisan (CN)
untuk menamai tindakan anggota kelompok yang memberikan interaksi kooperatif, namai tindakan itu
(B). Paling tidak enam tindakan memberikan harus dinamai (CR).
6.1.2. Ketika ditanya baik secara lisan maupun tulisan (CN) untuk menunjukkan apa yang anggota harus lakukan ketika ide-ide mereka dipertanyakan oleh kelompok, namai reaksi positif yang membantu memastikan interaksi kelompok kooperatif (B). Peserta didik harus menamai setidaknya tiga kemungkinan reaksi (CR)
6.2.1. Berikan deskripsi tertulis dari tindakan anggota
kelompok selama pertemuan (CN), tunjukkan apakah tindakan itu merupakan perilaku kooperatif (B). Peserta
didik harus mengklasifikasikan
dengan benar setidaknya 80 persen dari tindakan
yang ditunjukkan (CR).
6.2.2. Berikan
Video yang dipentaskan
pertemuan NCW yang
menggambarkan tindakan anggota
(CN), tunjukkan apakah tindakan kooperatif (B).
Peserta didik harus mengklasifikasikan dengan benar setidaknya 80 persen
dari tindakan yang ditunjukkan
(CR).
6.3.1. Ketika ditanya secara tertulis untuk menamai tindakan pemimpin yang mendorong dan menghambat diskusi
dan kerjasama anggota (CN), namai tindakan
ini (B). Peserta didik harus menamai setidaknya sepuluh dorongan dan tindakan hambatan yang sesuai (CR)
6.4.1. Berikan deskripsi tertulis dari tindakan pemimpin kelompok selama pertemuan (CN) tunjukkan apakah tindakan itu cenderung mendorong atau menghambat interaksi kelompok kooperatif (B). Peserta didik harus
mengklasifikasikan dengan benar setidaknya 80 persen dari tindakan itu yang digambarkan (CR).
6.4.2. Berikan
video yang dipentaskan pertemuan
NCW yang menggambarkan tindakan pemimpin (CN),
tunjukkan apakah tindakan pemimpin cenderung mendorong
atau menghambat kerjasama
anggota (B). Peserta
didik harus mengklasifikasikan
dengan benar setidaknya 80 persen baik dari dorongan
dan tindakan
hambatan sesuai yang ditunjukkan (CR).
6.5.1 Dalam
stimulasi NCW pemecahan
masalah pertemuan dengan peserta
didik bertindak sebagai pemimpin
kelompok (CN), Mulai tindakan
untuk memunculkan perilaku kooperatif
antara anggota (B). Anggota kelompok kooperatif satu sama lain dan dengan pemimpin selama diskusi (CR).
|
2.
Informasi
Verbal
Dalam contoh tujuan informasi verbal
pada Tabel 6.7, perhatikan bahwa kondisi menentukan istilah kunci yang harus digunakan dalam item tes disampaikan kepada peserta didik. Misalnya, dalam tujuan bawahan
6.1.1 dan 6.1.2
untuk keterampilan 6.1, istilah kunci dirumuskan "tindakan anggota yang
memfasilitasi interaksi kooperatif
dan "apa yang anggota harus lakukan ketika ide-ide mereka dipertanyakan". Istilah-istilah kunci
akan berfungsi sebagai petunjuk peserta didik untuk
mencari informasi terkait yang
tersimpan dalam memori. Meskipun ada banyak cara yang berbeda dimana item tes yang sesuai dapat diformat
(misalnya, sebagai pertanyaan lengkap atau sebagai pernyataan singkat), istilah kunci harus disampaikan kepada peserta didik dibuat jelas, secara tertulis. Perhatikan juga bahwa perilaku yang
digunakan dalam sub keterampilan dan
tujuannya adalah sama. Bahkan
dalam kasus mereka tidak persis
sama, perilaku yang digunakan
harus memungkinkan peserta didik untuk
menunjukkan keterampilan tersembunyi
yang sama (misalnya, "nama" versus "daftar").
Akhirnya, pertimbangkan kriteria di masing-masing tujuan. Karena jumlah tindakan dinamai
peserta didik pasti akan berbeda-beda, jumlah tindakan
yang harus dinamai oleh peserta
didik yang dirumuskan.
3.
Keterampilan Intelektual
Dalam contoh keterampilan intelektual
(misalnya, 6.2.1. Ad 6.2.2. Untuk
keterampilan 6.2) perhatikan
bahwa kondisi bagian dari tujuannya adalah sama dengan yang digunakan
dalam tujuan informasi verbal. Tidak hanya terminologi kunci termasuk (misalnya, "Tindakan anggota kelompok selama pertemuan"), tetapi cara di mana tindakan yang akan disajikan dirumuskan juga (misalnya, "deskripsi
tertulis dari tindakan kelompok"
dan "video pementasan pertemuan NCW menggambarkan
tindakan anggota '"). Dalam objektif 6.5.1,
tidak ada istilah kunci dinyatakan dalam kondisi, namun, pemeriksaan akan berlangsung pada “simulasi
pertemuan pemecahan masalah NCW” dengan pelajar bertindak sebagai pemimpin kelompok. Perhatikan
bahwa kondisi pada ketiga keterampilan intelektual membantu menentukan kompleksitas tugas. Mendeteksi pemimpin
positif dan tindakan anggota kemungkinan lebih
mudah daripada mendeteksi tindakan
yang sama ketika Anda "ego
yang terlibat" - memimpin pertemuan sendiri
dan mengolah perilaku verbal rekan Anda
secara aktif memfasilitasi. Perhatikan
bahwa perilaku dalam
keterampilan bawahan dan tujuan
yang sesuai adalah kongruen. Bahkan ketika istilah alternatif
yang digunakan, keterampilan menunjukkan
akan menjadi salah satu yang ditentukan
dalam keterampilan bawahan.
Perhatikan kriteria yang termasuk dalam tujuan-tujuan ini.
Dalam tujuan bawahan
6.2.1 dan 6.2.2,
peserta didik diharuskan untuk menemukan 80 persen
dari perilaku kooperatif yang ditunjukkan dalam skenario dan video. Di sisi lain, kriteria untuk tujuan 6.5.1
adalah bahwa anggota dalam kelompok
interaktif pemimpin perlu kerja sama dengan satu sama lain dan pemimpin. Dengan kata lain, perilaku anggota dalam kelompok akan memberikan
bukti keberhasilan pemimpin.
H.
Rubrik untuk
Mengevaluasi Tujuan Performansi
Kriteria yang dapat Anda gunakan untuk membangun dan
mengevaluasi elaborasi tujuan,
tujuan terminal, dan
tujuan performansi dirangkum
dalam rubrik berikut untuk memudahkan pekerjaan Anda. Ruang yang disediakan di sisi kiri menyediakan berbagai tinjauan
bahan Anda. Catatan
desainer: Jika elemen
tidak relevan untuk proyek Anda, tandai NA di Kolom Tidak.
Tdk
___
___
|
Bbrp
___
___
|
Ya
___
___
|
A. Pernyataan
Tujuan Apakah
pernyataan tujuan:
1.
Menjelaskan konteks performansi
tertinggi?
2. Menjelaskan konteks yang otentik dan realistis?
|
___
___
___
|
___
___
___
|
___
___
___
|
B. Tujuan
Terminal Apakah ada kesesuaian antara tujuan terminal:
1.
Kondisi dan konteks lingkungan
belajar?
2.
Perilaku dan perilaku dalam
pernyataan tujuan?
3.
Kriteria dan kriteria dalam
pernyataan tujuan?
|
___
___
___
___
|
___
___
___
___
|
___
___
___
___
|
C. Kondisi Tujuan Performansi Kondisi Dilakukan / Akan:
1. Menentukan isyarat atau
stimulus yang diberikan kepada peserta didik?
2. Menentukan bahan
materi / peralatan yang
diperlukan?
3. Mengontrol kompleksitas tugas untuk keperluan peserta didik? 4. Membantu transfer ke konteks performansi (otentik)? |
___
___
___
|
___
___
___
|
___
___
___
|
D. Perilaku Tujuan
Performansi Apakah perilaku:
1. Sama dengan perilaku pada
langkah jangkar
dari analisis tujuan instruksional?
2. Perilaku yang sebenarnya bukan penjelasan tentang
bagaimana peserta didik akan
merespon (misalnya, "mengklasifikasikan"
daripada "lingkaran")?
3. Jelas dan dapat diamati daripada samar?
|
___
|
___
|
___
|
E. Isi Tujuan
Performansi Apakah
isi sama dengan langkah jangkah pada analisis tujuan instruksional?
1.
|
___
___
___
___
___
|
___
___
___
___
___
|
___
___
___
___
___
|
F. Kriteria Tujuan Performansi Kriteria
apakah/dilakukan:
1. Termasuk hanya
bila diperlukan untuk menilai tugas
yang kompleks?
2. Termasuk atribut fisik atau bentuk? 3. Termasuk tujuan / atribut fungsi? 4. Termasuk atribut estetika? 5. Termasuk atribut relevan lainnya (misalnya, penerimaan sosial, kesehatan, lingkungan, ekonomi, penghematan)? |
___
___
___
|
___
___
___
|
___
___
___
|
G. Keseluruhan Tujuan Performansi Apakah tujuan performansi:
1. Jelas (Anda / orang lain dapat membangun suatu penilaian terhadap tes peserta didik)? 2. Layak dalam pembelajaran dan konteks performansi (waktu, sumber daya, dll)? 3. Bermakna dalam kaitannya dengan tujuan dan tujuan instruksi (tidak signifikan)? |
___
|
___
|
___
|
H. Lain-lain
1.
|
Daftar kelengkapan dari performansi menjadi dasar untuk
tahap berikutnya dari proses desain, pengembangan kriteria item
tes dirujuk untuk setiap tujuan.
BAB III
PENUTUP
A. RANGKUMAN
Sebelum
memulai merumuskan
tujuan performansi, perlu
dilakukan analisis instruksional terlebih
dahulu. Selain itu, perlu dilakukan pula analisis peserta
didik dan konteksnya. Dengan hasil analisis ini, merupakan
dasar dalam
merumuskan tujuan performansi untuk tujuan, semua langkah dan
sub langkah dalam tujuan dan
keterampilan bawahan.
Untuk
membuat masing-masing
tujuan, Anda harus memulai dengan
perilaku yang dijelaskan dalam laporan keterampilan. Anda akan perlu
menambahkan kondisi dan kriteria
setiap keterampilan untuk mengubahnya
menjadi tujuan performansi.
Dalam memilih kondisi yang sesuai, Anda harus mempertimbangkan (1) rangsangan dan isyarat yang
sesuai untuk membantu ingatan
peserta didik dalam mendapatkan informasi terkait, (2)
karakteristik yang sesuai untuk materi sumber belajar yang
diperlukan,
(3) kesesuaian tingkat
kompleksitas tugas untuk target populasi,
dan (4) keterkaitan atau keaslian dari konteks di mana keterampilan
akan dilakukan. Untuk tujuan sikap, Anda perlu
mempertimbangkan keadaan di mana peserta
didik bebas untuk membuat pilihan
tanpa pembalasan.
Tugas terakhir ini adalah untuk menentukan ukuran atau kriteria sesuai
dengan kondisi dan perilaku dijelaskan
dan sesuai dengan tingkat perkembangan
kelompok sasaran. Bila hanya ada satu kemungkinan jawaban yang tepat, banyak desainer menghilangkan kriteria
seperti yang terkandung dengan jelas, sedangkan desainer lainnya memilih untuk memasukkan
istilah dengan benar.
Ketika respon
peserta didik dapat bervariasi, mereka bisa untuk pekerjaan pada keseluruhan empat domain,
kriteria yang menggambarkan karakter dari respon
yang diterima harus ditambahkan.
Mendapatkan kriteria untuk keterampilan
dan sikap psikomotor biasanya
lebih kompleks dalam beberapa perilaku yang dapat diamati umumnya harus terdaftar. Perilaku ini, bagaimanapun, adalah sangat berguna untuk mengembangkan daftar periksa yang diperlukan atau skala penilaian. Dalam menentukan kriteria, desainer harus berhati-hati untuk tidak bergantung pada
kriteria tidak tepat seperti 'penilaian pakar ". Ada beberapa kategori
kriteria yang desainer dapat pertimbangkan dalam memilih yang paling tepat
untuk respon pembelajar yang diberikan, seperti struktur, fungsi, estetika, penerimaan sosial, kesehatan lingkungan, kelayakan
ekonomi, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Dick &
Carey, 2005, The Systematic Design of Instruction, United Stated of
America.